Citrust.id – Persatuan Remaja Islam Majalengka (Prisma) menggelar peringatan Maulid Nabi Muhamad SAW dan temu kangen alumni santri Kebon Melati-Jambu Babakan-Ciwaringin wilayah Kabupaten Majalengka. Kegiatan ini dilaksanakan di yayasan milik Ketua PC NU Majalengka terpilih KH Dedi Mulyadi di Desa Sindang Kerta Kecamatan Maja Kabupaten Majalengka, Kamis (15/11/2018).
Hadir pada kesempatan itu jajaran dewan pengasuh Pondok Pesantren Kebon Jambu Babakan Ciwaringin Cirebon yakni Kiyai Hasan Rohmat putra Almagfurllah KH Muhamad (Akang) pendiri Ponpes Kebon Jambu, Kyai Syafi’i Atsmari, Ketua Fokal Pusat Kyai Aban Kholid Barja.
Ketua Prisma Muhamad Sandi mengatakan, kegiatan ini dalam rangka memperingati lahirnya Nabi Muhammad SAW. Tujuannya sebagai bentuk tasyakur kepada Allah SWT, atas dilahirkannya Nabi Muhammad sekaligus mencari ilmu untuk mempertebal keimanan dan ketakwaan kepada Allah.
“Kita memuji Nabi Muhammad dan meneladaninya,” ujar Sandi.
Ketua Fokal Melati-Jambu Kabupaten Majalengka Kyai Muhamad Umar menambahkan, selain peringatan Maulid Nabi, kegiatan ini sebagai wahana silaturahmi alumni pondok Melati-Jambu. Bertukar pikiran, mempererat hubungan emosional antara santri Akang asal Kabupaten Majalengka.
“Sebagai ajang tali silaturahmi antarsesama alumni yang telah mengenyam pendidikan agama di pondok pesantren,” kata Ketua MUI Kecamatan Palasah ini.
Dijelaskan dia, sosok almagfurllah KH Muhamad dan putranya almarhum KH Asror Muhamad
merupakan figur yang patut diteladani para santri-santriwatinya, termasuk para alumninya. Karena beliau mendedikasikan hidupnya mengabdi kepada pesantren dan kesuksesan serta keberkahan para santrinya.
“Waktu, tenaga, dan pikiranya semua tercurahkan untuk pesantren dan santrinya. Beliau itu sangat luar biasa, alim, tawadhu, dan ikhlas dalam mendamarbaktikan hidupnya sampai akhir hayatnya,” kata pengasuh Ponpes Manba’ul Huda Desa Cisambeng Kecamatan Palasah ini.
Salah seorang alumni yang juga pengasuh pondok Pesantren An-Nawawi Kawunggirang Kecamatan/Kabupaten Majalengka, KH.Maman Qomaruddin menceritakan kisahnya selama mondok pesantren di Kebon Melati. Dia menyebut jika Akang Muhamad merupakan ulama besar namun tetap rendah hati.
“Dulu saat saya mondok sangat dekat dengan Akang. Kalau diumpamakan itu sudah satu hati. Sebab, segala sesuatu yang menyangkut Akang, baik itu tugas pribadi, mencukur rambut, membantu keluarga, dan lain lain, saya selaku murid selalu patuh atas perintahnya,” katanya saat memberikan sambutan pada acara tersebut.
Dijelaskan dia, pesan yang sampai saat ini membekas dan telah menjadi nasiat di pondok pesantren adalah dua perintah dan sembilan larangan. Dua perintah itu, rajin mengaji supaya pintar dan rajin salat berjamaah supaya menjadi orang benar.
“Rajin mengaji supaya pintar di sini mengandung filosofi yang mendalam. Bukan hanya disarankan mengaji kitab, tapi mengaji diri sendiri, mengaji di hal-hal di sekeliling itu juga lebih utama. Sedangkan rajin salat berjamaah, selain membentuk pribadi yang benar, agar terhindar dari kefaqiran (kemiskinan).
“Insha Allah jika kita mengamalkan kedua itu, akan mendapatkan kebahagian dunia dan akhirat,” pungkasnya./abduh