SimInvest dan Smartfren Ajak Generasi 5G Melek Investasi

  • Bagikan
SimInvest dan Smartfren Ajak Generasi 5G Melek Investasi
SimInvest dan Smartfren ajak generasi 5G melek investasi. (Foto: Ist.)

Citrust.id – SimInvest dan Smartfren ajak generasi 5G yang melek teknologi komunikasi canggih, untuk mempersiapkan masa depan finansial yang lebih baik.

Oleh karena itu, SimInvest, patform investasi saham dan reksa dana online inovasi dari Sinarmas Sekuritas, bersama Smartfren, perusahaan telekomunikasi terkemuka di Indonesia, menggelar literasi keuangan dan investasi.

Kegitaan itu bertajuk “SimInvestival Goes to Office: Smart Investment for Long Haul”. Acara berlangsung di auditorium Smartfren Sabang, Kamis (11/5/2024).

Pada sesi diskusi, salah seorang peserta seminar mengaku sudah memikirkan untuk pensiun, bahkan sejak awal memulai karirnya, walaupun belum memiliki strategi spesifik untuk mencapainya.

“Mulai kerja pertama kali tahun 2007. Sejak pertama kerja sudah kepikiran untuk pensiun, alasannya karena tidak mau hidup susah,” ujar Sabam Maruli, Distribution Journey Officer Smartfren.

Head of Retail Research Sinarmas Sekuritas, Ike Widiawati, mengatakan, ada banyak alasan orang pensiun, mulai dari pilihan hingga keterpaksaan.

“Usia pensiun di Indonesia itu 56 sampai 57 tahun. Itupun kalau kita bisa terus survive untuk bekerja di perusahaan. Ada yang bahkan sebelum usia pensiun terpaksa berhenti bekerja karena berbagai alasan. Maka dari itu, kita harus memikirkan risiko-risiko tersebut, agar punya keleluasaan dan ketenangan dalam menjalani hidup,” ujarnya.

Ike juga mengajak para peserta untuk mulai berinvestasi, mulai dari uang kecil, lalu besarannya naik secara bertahap. Jika untuk perencanaan pensiun, maka instrumen investasi yang dipilih berprioritas punya sisi keamanan jangka panjang.

Dalam seminar, Head of Strategic and Business Development Sinarmas Sekuritas, Eyfrel Likuajang, menjelaskan, salah satu hambatan dalam merencanakan keuangan adalah tergiur iming-iming keuntungan yang besar, seperti yang banyak korban investasi palsu atau investasi bodong alami.

BACA JUGA:  Sejumlah Pejabat di Jajaran Polres Majalengka Terkena Mutasi

“Sebagian besar korban terbuai dengan iming-iming imbal hasil besar dan berpikir bahwa ada cara cepat mendapat keuangan. Ciri khas dari investasi bodong ini antara lain: iming-iming imbal hasil yang pasti dan tidak masuk akal dan tidak ada izin usaha. Biasanya juga menggunakan skema ponzi atau money game,” jelas Eyfrel.

Sementara, Chief Investment Officer Sinarmas Asset Management, Genta Wira Anjalu, menjelaskan, dalam berinvestasi ada banyak strategi yang sesuai dengan profil risiko dari masing-masing investor.

Investasi adalah lawan dari inflasi. Ada instrumen investasi apa yang paling baik. Berdasarkan kinerja tahun 2009-2019, saham memiliki return paling tinggi 11,7 persen p.a. Selanjutnya obligasi 9,88 persen p.a, emas -3.62 persen p.a, serta deposito 5 persen p.a.

“Meski demikian, dari total lebih dari 700 emiten di pasar modal m, hanya 30 persen di antaranya yang memberikan return lebih tinggi dari IHSG. Untuk itu, pentingnya menimbang kembali profil risiko masing-masing untuk menyesuaikan dengan tujuan keuangannya,” pungkas Genta. (Haris)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *