CIREBON (CT) – Tidak banyak orang yang peduli dalam melestarikan kesenian budaya tradisional, termasuk di era modern seperti ini. Apalagi dengan masuknya budaya-budaya luar secara bebas, sehingga kesenian budaya tradisional lokal semakin terkikis keberadaannya oleh waktu.
Hal inilah yang membuat sanggar-sanggar seni budaya di Cirebon semakin langka. Hal tersebut bisa membuat satu daerah hilang jati dirinya, karena generasi penerus tidak ada yang tahu mengenai kesenian budaya leluhur.
Namun, di Desa Sigong, Kecamatan Lemah abang, Kabupaten Cirebon, Sanggar kesenian budaya yang diberi nama Sanggar Rara santang “Arum Bandung” sampai sekarang masih bertahan, dan walaupuin dengan tempat dan alat seadanya, sanggar tersebut masih terus berjalan untuk memperkenalkan kesenian budaya tradisional ke masyarakat, khususnya anak-anak muda sebagai generasi penerus.
Sanggar yang berdiri pada tanggal 13 Maret 1982 itu, sudah banyak mengukir prestasi, yakni, 3 kali menjadi juara 2 lomba Calung tingkat Provinsi Jawa Barat, dan sering mengikuti perlombaan-perlombaan tingkat provinsi lainnya. Sanggar milik Yoyo sukaryo tersebut, memiliki murid sekitar 300 anak didik dari berbagai daerah yang ada di Cirebon Timur, dengan rata-rata dari mereka masih berusia pelajar.
Kesenian yang diajarkan di Sanggar tersebut ialah, kesenian-kesenian yang ada di Jawa barat dan juga diselingi kesenian dari daerah lain, contohnya Pencak silat.
Sanggar ini telah banyak mengisi acara-acara kesenian baik di dalam maupun luar Cirebon. Menurut Yoyo, dirinya merasa miris melihat kesenian budaya tradisional semakin terkikis, karena tidak ada yang peduli, termasuk juga pemerintah.
“Saya merasa miris, melihat masyarakat dan pemerintah yang tidak peduli terhadap kesenian tradisional, sehingga kesenian tradisional semakin terkikis,” ujarnya.
Lanjut Yoyo, dirinya menginginkan agar kesenian budaya tradisional bisa diterima oleh masyarakat, sehingga ia menyiasatinya dengan kemasan yang modern namun tidak menghilangkan pakem dan cita-cita dari kesenian tradisional tersebut. Yoyo juga menginginkan membuat sekolah khusus seni, supaya kesenian tradisional tidak hilang oleh waktu.
“Saya ingin agar kesenian tradisional bisa diterima oleh masyarakat, makanya saya menyiasati dengan konsep modern, namun tidak menghilangkan pakem, dan saya ingin membuat sekolah seni, supaya bisa memberdayakan murid-murid yang belajar disini, agar kesenian tradisional bisa tetap hidup,” harapnya. (CT-127)