Mengapa Banyak Orang Tidak Bisa Menikmati Musik Jazz?

Ilustrasi

CIREBON (CT) – Musik Jazz dianggap belum mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat, khususnya lapisan bawah. Bahkan ada sementara anggapan, kalau bukan stereotype, yang menyatakan bahwa jazz identik dengan gaya hidup lapisan menengah ke atas.

Musik Jazz ada kecenderungan hanya dipahami, dinikmati, dan dikonsumsi oleh orang-orang yang tergolong “gedongan” seperti kaum terpelajar, pengusaha, pejabat, dan selebriti.

Sialnya lagi ada sementara anggapan bahwa karena musik jazz mempunya sofistikasi yang tinggi apabila maka ingin memahami orang harus memiliki intelegensia yang lebih dari pada pendengar musik lain. Argument inilah yang memperkuat dugaan mengapa jazz hanya dimiliki lapisan menengah ke atas.

Jika kita tengok sejarahnya, ternyata musik Jazz lahir dari tangan-tangan kreatif orang-orang hitam yang mengalami penindasan dan perbudakan di Amerika pada akhir abad ke-18. Ekspreasi dari sebuah perlawanan terhadap sistem politik yang rasis dan menindas terwujud dalam cara bermusik dan gaya permainan orang-orang hitam Amerika.

Sejarah mencatat bahwa perbudakan dan diskriminasi rasial di Amerika justru melahirkan musik-musik perlawanan seperti spiritual, gospel dan blues.

Mengapa dangdut lebih memasyarakat dari pada jazz? Jawabannya adalah bahwa harmoni dangdut sudah di sosialisasikan sejak lama sehingga embedded dalam kultur kita, sementara musik jazz lebih merupakan bentuk transplantasi kebudayaan musik dari dunia luar.

Akibatnya jazz menjadi asing bagi sebagian lapisan masyarakat bawah yang tidak memiliki akses (baik kapital budaya, sosial maupun ekonomi), tetapi tidak asing bagi lapisan menengah atas yang memilikinya. (Net/CT)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *