CIREBON (CT) – Salah satu objek wisata yang banyak dikunjungi di Kota Cirebon adalah keraton. Wisata sejarah dan religi ini banyak dikunjungi wisatawan yang penasaran dan tertarik pada sejarah, peninggalan dan nilai budaya yang terkandung di beberapa bangunan, artefak, hingga peninggalan-peninggalan sejarah seperti keramik, batu atau pun senjata.
Di Cirebon, ada empat keraton dengan tiga keraton diantaranya laris dikunjungi sebagai wisata favorit. Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman dan Keraton Kacirebonan punya daya tarik dan eksotisme tersendiri yang sayang jika tak dikunjungi.
Kali ini CT berkesempatan mengeksplorasi peninggalan dan asal-usul salah satu keraton yang melegenda di Cirebon, Keraton Kasepuhan. Arsitektur Keraton Kasepuhan Cirebon masih kokoh seperti aslinya. Meski zaman sudah berganti dan Cirebon mulai dilanda modernisasi, keagungan keraton ini seakan tidak termakan usia dan masih menjadi penyeimbang antara kehidupan rakyat modern dengan masa kesultanan Cirebon.
Saat ini sultan yang bertahta di Keraton Kasepuhan Cirebon adalah sultan Sepuh XIV Pangeran Raja Adipati Arief Natadiningrat. Sultan menjelaskan bahwa Cirebon didirikan bersamaan dengan Kasultanan Demak. Namun, Keraton Kasepuhan Cirebon adalah yang masih bertahan hingga saat ini.
Jika Kasultanan Demak masih meninggalkan warisan berupa Masjid Demak, Keraton Kasepuhan Cirebon pun memiliki Masjid Sang Cipta Rasa. Keduanya memiliki unsur yang masih sama dengan aslinya.
“Masjid Sang Cipta Rasa juga sejalan dengan Masjid Demak, tiang-tiangnya masih asli seperti dulu. Termasuk satu tiang buatan Sunan Kalijaga yang terbuat dari serpihan kayu,” terang Sultan Arief.
Selain itu, Sultan Arief juga menjelaskan bahwa Cirebon adalah kota tua yang peradabannya telah terbentuk dalam waktu yang lama, yaitu 600 tahun. Begitu pula dengan Keraton Kasepuhan yang berada di areal seluas 25 hektare. “Bangunannya masih utuh dan originalnya masih ada,” ucapnya.
Keraton Kasepuhan Cirebon dibangun pada abad ke-15 oleh Pangeran Cakrabuana bersama keponakannya, Syarief Hidayatullah atau yang dikenal dengan nama Sunan Gunung Jati. Makam Sunan Gunung Jati pun ditempatkan di sekira Keraton Kasepuhan.
Sultan Arief juga menjelaskan bahwa arsitektur Keraton Kasepuhan dipengaruhi oleh Kerajaan Majapahit. Bahkan, ada unsur Sunda Kelapa pada keraton ini.
“Keraton ini merupakan pengaruh dari arsitektur Majapahit dengan sistem batu bata berwarna merah. Sedangkan unsur merah dan putih dari Sunda Kelapa,” katanya.
Keraton Kasepuhan juga menyimpan beberapa barang-barang peninggalan sejarah seperti kereta kencana dan senjata berupa keris-keris ke sebuah museum yang terletak di depan bangunan utama keraton, Bangsal Prabayaksa. Selain museum, ada beberapa ruangan lain yang menjadi bagian dari keraton seperti bangsal-bangsal dan gedung dengan fungsi masing-masing.
Kini Keraton Kasepuhan sudah menjadi daya tarik tersendiri bagi Kota Cirebon. Tak jarang, banyak warga luar Cirebon yang rela jauh berkunjung ke Cirebon hanya untuk melihat betapa megahnya peninggalan zaman kerajaan di keraton ini.
Jadi tak ada alasan untuk tidak berkunjung ke Cirebon, bukan? (Wilda)