Lakukan Aksi Berbahaya, Mahasiswa IAIN Cirebon Pukau Penonton

Cirebontrust.com – Atraksi kesenian daerah dan lantunan tembang Sintren mendayu dibawakan mahasiswa IAIN Syekh Nurjati Cirebon, untuk mengiringi sejumlah atraksi sintren dan debus di halaman kantor Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Cirebon, Kamis (30/03).

Diiringi alat musik kentongan, lagu ini tepat dipadukan dengan atraksi debus dan sintren. Namun, mahasiswa ini menolak menyebut atraksi ini dibawakan dengan suasana yang mistis.

Mereka menganggap, tusukan besi tajam ke perut mereka, membuka kelapa dengan gigi semata, ataupun membelah buah dengan pedang tajam yang diayunkan di atas perut mereka, adalah logika seratus persen. Logika yang dicampurkan dengan potensi kelebihan yang ada di tiap manusia. Melalui latihan yang mereka lakukan, potensi ini berhasil dikembangkan dengan baik.

Tidak ada kemenyan yang biasanya diadakan kalau ada tarian sintren,  juga tidak ada ritual puasa beberapa hari sebelum atraksi ini dilakukan. Mereka membawakannya dengan nyaman dan jauh dari kesan mistis ala generasi milenial.

Para mahasiswa IAIN Syekh Nurjati ini tampil di KPU Kabupaten Cirebon untuk turut mengisi acara dalam sosialisasi Rumah Pintar Peduli. Tak ayal, aksi mereka menarik perhatian banyak penonton. Banyak diantara mereka yang merangsek maju ke bibir panggung, karena penasaran dengan pertunjukan tersebut.

“Setiap manusia terlahir dengan potensi kelebihan di masing-masing raga. Ada yang tidak mampu membuka, ada yang mampu. Itu semua kembali lagi ke kesadaran masing-masing, dan kami memilih membuka potensi ini. Hasilnya adalah kami sudah mulai merasakan sedikit sakit saat ditusuk besi, sedikit panas saat api dimasukkan ke dalam mulut, ataupun tidak linu lagi saat gigi dipakai untuk membuka kulit kelapa yang keras,” ucap pelatih atraksi debus dan sintren dari UKM Pramuka IAIN Syekh Nurjati, Syafrudin.

Menurutnya, mustahil para mahasiswa ini tidak merasakan sakit saat sebuah besi ditancapkan ke perutnya atau atraksi lainnya yang cukup membahayakan. Hanya, adanya keyakinan yang penuh terhadap Tuhan Yang Maha Esa sebagai pencipta rasa sakit, maka perlahan sakit ini akhirnya bisa diminimalisasi.

Tak hanya sintren dan debus yang mereka tampilkan, juga ada semacam atraksi ‘niru adat’ atau rudat, semacam kesenian yang dibawakan oleh beberapa penari. Bukan sembarang tari, sebab dalam tiap gerakannya memiliki filosofi tersendiri.

“Gerakan tarian yang mereka bawakan seperti orang sedang berwudhu. Di zaman dulu, tarian semacam ini kerap dibawakan oleh para penari di zaman Wali Songo. Lewat tarian ini, mereka bersyiar Islam, dan dengan tarian semacam ini maka ajaran Islam akan mudak dicerna,” katanya.

Menurut Syafrudin, atraksi mereka pun kerap dipertontonkan dalam berbagai hajatan. Biasanya penonton menyukai atraksi ini karena banyak dibawakan oleh anak-anak muda.

“UKM Pramuka di IAIN Syekh Nurjati Cirebon ini memang biasa berlatih semacam ini. Kami semangat karena memang banyak diminati oleh masyarakat, selain itu masih bisa menampilkan syiar Islam yang dulu dibawakan oleh para Wali Songo. Dan siapa bilang anak-anak muda hanya tertarik kepada urusan yang berbau modern, buktinya di UKM Pramuka ini peminatnya cukup banyak,” ucapnya.

Pujian mengalir dari berbagai pihak, termasuk ketua KPU Kabupaten Cirebon Syaefudin Jazuli yang memang telah mengundang mereka.

“Anak-anak ini berhasil memadukan masa lalu dan saat ini, tetap mengedepankan kesan religius sesuai dengan Kota Wali. Anak-anak modern yang tidak lupa akar sejarah,” ujar Syaefudin. (Iskandar)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *