Cirebontrust.com – Pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga dua tahun mendatang atau tahun 2019 diprediksi akan stagnan. Walau tengah mengalami berbagai permasalahan, banyak negara di dunia yang mampu memiliki pertumbuhan ekonomi di atas 6 persen. Tapi pertumbuhan ekonomi Indonesia mandeg di angka 5 persen. Hal itu terjadi karena solusi yang dilakukan Indonesia mengikuti pakem IMF dan Bank Dunia.
Demikian dikemukakan Ekonom sekaligus mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya RI, Dr Rizal Ramli, pada Seminar Nasional yang diselenggarakan Himpunan Mahasiswa Jurusan Manajemen (HMJM) Fakultas Ekonomi Unswagati di Auditorium setempat, Kamis (30/03).
Pada kesempatan itu, Rizal Ramli mengungkapkan, tidak ada negara yang bisa makmur dan maju jika mengikuti model pembangunan IMF dan Bank Dunia. Hingga saat ini, Indonesia masih terperangkap dalam pola pikir Neo Liberalisme yang diterapkan kedua lembaga keuangan dan perbankan dunia tersebut. Padahal, Neo Liberalisme sudah ditinggalkan banyak pemimpin negara.
“Neo Liberalisme merupakan pintu masuk Neo Kolonialisme,” tegasnya.
Rizal Ramli mencontohkan, jika ekonomi suatu negara tengah mengalami perlambatan, maka pakem Bank Dunia adalah potong anggaran. Alhasil, potong anggaran menimbulkan berbagai dampak.
Pertama, ekonomi tidak bisa tumbuh cepat dan harga atau nilai aset negara akan turun. Pihak asing senang karena bisa membeli aset negara dengan harga murah. Kedua, dengan anggaran dipotong, maka ada sisa uang untuk mencicil hutang. Para kreditor dan pemegang surat hutang di luar negeri senang.
“Jadi, kebijakan potong anggaran membuat pihak asing senang. Sebaliknya, pengusaha Indonesia tidak senang, karena penjualan akan turun dikarenakan daya beli masyarakat anjlok,” Rizal Ramli. (Haris)