Dilema Petani Garam Waruduwur: Harga Melonjak, Produksi Menurun

Cirebontrust.com – Para petani garam Desa Waruduwur, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon, berusaha keras untuk menghasilkan garam. Namun, cuaca yang mendung bahkan hujan membuat penurunan hasil produksi. Meski demikian, petani garam merasa senang. Sebab, harga garam saat ini naik kisaran Rp1.500 dari sebelumnya, sekitar Rp800 perkilogram.

Akan tetapi, meski harga melambung saat musim penghujan, hingga bisa menembus harga Rp3.000 per kilogram. Para petani merasa tidak senang, pasalnya, saat penghujan mereka tidak bisa melakukan produksi. Maka, harga yang melambung tak membuat petani sejahtera.

“Para petani sedang berlomba untuk memproduksi sebanyak mungkin garam. Karena, bisa jadi dalam waktu dekat musim penghujan.‎ Tapi dari harga saat ini tinggi, kisaran Rp1.500 per kilogram dari sebelumnya Rp800. Meski begitu, produksi garam menurun, biasanya satu hamparan sampai lima karung, saat ini hanya empat karung,” terang Tono, petani garam Waruduwur, saat ditemui di lokasi, Jumat (13/10).

Senada, dikatakan petani garam lainnya, Damian. Sekitar Januari lalu petani garam di desa ini membenahi tempat hamparan garam dan berulang kali diganti dengan air laut yang baru, guna menghasilkan kristal garam. Sekitar Mei, petani garam baru produksi dengan mengisi hamparan tersebut dengan air laut dan bulan ini mulai memanen.

“Saat ini petani garam sangat senang, karena harga yang terus naik. Selain itu, tak perlu menunggu lama untuk mendapatkan pembeli. Saat ini ada garam bisa langsung terjual. Akan tetapi, diperkirakan bulan depan memasuki penghujan. Sehingga, petani tak bisa memproduksi. Kalau pun memproduksi, hasilnya kurang maksimal,” katanya.

Petani garam lainnya, Tasirun mengatakan, saat ini para petani sedang semangat memproduksi garam, karena harga yang sangat tinggi. Namun rasa khawatir tetap ada, berupa impor garam dan cuaca yang mendung.

“Faktor cuaca sangat berpengaruh pada produksi garam yang masih menggunakan cara manual. Yakni berupa panas matahari. Selain itu, kran impor yang kemungkinan besar akan dibuka, dapat berdampak pada menumpuknya garam lokal dan menurunkan harga. Saya harapkan, pemerintah jangan membuka impor garam terlebih dahulu jelang musim penghujan,” harapnya. (Riky Sonia)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed