Beras Langka dan Mahal di Pasaran, Inilah Faktor Penyebab Menurut Ketua Perpadi Majalengka

Citrust.id – Ketua Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi Dan Beras (Perpadi) Kabupaten Majalengka H. Dedi Koswara mengatakan salah satu penyebab langka dan mahalnya beras karena Pengusaha penggilingan Padi dan Beras dilarang mennyimpan stok beras oleh pemerintah.

“Menyimpan stok atau menimbun dilarang oleh satgas Pangan jadi rentan persediaan. Paschal Minimalnya kita punya stok satu Minggu,”kata Dekos panggilan akrabnya, Kamis (18/01/2018) saat ditemui di pabriknya.

Dekos mengatakan pihaknya sebelumnya bisa menjual beras rata-rata 70 ton per hari, sekarang menurun hingga 30-50 ton per hari karena tidak ada stok lokal sehingga harus membeli beras setengah jadi ke Solo, Karanganyar, Sukoharjo, Madiun sebelumnya dari Cilacap.

“Membeli dari Solo sampai sini 10.700 per kg, beras setengah jadi, kemarin masih ada stok lokal sekarang sudah habis 100 persen stok lokal Majalengka “ungkap Dekos.

Dekos juga mengeluhkan mahalnya harga Gabah di Majalengka yang mencapai 725 ribu per kwintal dan dirinya mengungkapkan terakhir membeli gabah di Majalengka saat harga 685 ribu per kwintal karena harga diatas itu sudah tidak bisa masuk hitungan Pengusaha.

Dekos mengungkapkan, faktor-faktor yang menyebabkan langka beras khususnya di Majalengka dan Nasional akibat cuaca yang berdampak lambat tanam. “Harusnya Januari sudah panen sekarang kan belum, “ungkap dia.

Faktor lainnya lanjut dia, Lahan di Majalengka semakin sempit oleh Bandara Kertajati dan pabrik dan tidak ada lahan pengganti sebagai solusi.

“Teknologi pertanian pun dengan bibit yang bagus tidak terlalu membantu. Ada di Rajagaluh, bibit padi yang produksi lebih banyak tapi masa tanam lebih panjang 15 hari,”jelas dia.

Dekos mengungkapkan sekarang daerah sentra produksi gabah seperti Jatiwangi dan Sukakerta Kertajati pun sekarang petani beli beras ke Pabrik.

BACA JUGA:  Mengisi Liburan Tahun Baru di Kota Cirebon

“Kebijakan pemerintah harus Revolving merusak tatanan dan menyebabkan langka beras. Dari dulu budaya Pabrik menyimpan stok, kebijakan pemerintah merubah pola-pola yang sudah biasa. Pabrik itu menyimpan bukan nimbun, tapi persediaan, bukan nyimpan saat murah dan dijual harga sedang tinggi,”jelas Dekos.

Dekos juga menyarankan Kebijakan Pemerintah harus mengatur di hilir, HET ditetapkan 9.300 per kg tapi harga gabah tidak diatur dan buktinya sekarang HET tidak berlaku di pasaran.

“Ada 50 anggota Perpadi di dan 25 persen sudah tidak beroperasi. Kenapa beras sekarang mahal karena supply dan demand tidak sebanding,”ungkap Dekos.

“Daerah sentra beras seperti Karawang dan Pulau Sulawesi tidak bisa mengirim beras ke luar dan ditangkap Satgas. Apabila Pengusaha lokal Karawang sudah tidak sanggup membeli gabah mau dikemanakan, “ungkap dia.

“Solusinya biarkan penggilingan punya persediaan untuk stok ketika sulit jangan dianggap menimbun. Beras medium akan tertekan harganya ketika beras premium banyak di pasaran dengan rate harga selisih sedikit,”pungkas dia. /Abduh

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *