CIREBON (CT) – Meski di tahun 2014, jumlah angka tindak kriminal mengalami penurunan sekitar 30 persen. Namun hal tersebut tidak menyurutkan semangat jajaran petugas keamanan Polres Cirebon Kota dalam melakukan pengawasan dan penertiban terhadap sejumlah titik rawan konflik. Masih banyak Pekerjaan Rumah (PR) yang harus dikerejakan oleh Polres Cirebon Kota pada 2015 nanti, diantaranya tentang geng motor, kerusuhan warga, sodomi, dan penanganan aliran radikalisme.
“Angka kriminal tahun 2013 sebanyak 1145 pelanggaran, dan untuk tahun 2014 menurun sebanyak 734 pelangar,” kata Kapolres Cirebon Kota AKBP Dani Kustoni saat melakukan hearing dengan Komisi A DPRD Kota Cirebon, yang dihadiri Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), Bakesbangpol dan Camat serta RW seluruh Kota. Selasa, (30/12) di aula DPRD setempat.
Dani mengatakan, wilayah hukum Kota Cirebon sampai saat ini masih memiliki perkembangan konflik, yang kerap terjadi di lingkungan masyarakat. Sehingga hal itu tetap menjadi prioritas petugas keamanan dan lapisan masyarakat untuk melakukan pencegahan, dalam menciptakan kondusifitas dan kenyaman lingkungan.
“Karena ada beberapa kegiatan yang masih berjalan dan tidak menonjol itu, seperti yang dilakukan aliran Milah Ibrahim dan Ajaran Ahmadiyah,” kata Dani.
Adanya penyebaran dan pelaksanaan kegiatan yang dilakukan itu, salah satunya diakibatkan oleh rendahnya kerjasama yang dibangun dengan instansi atau lembaga terkait.
“Sebab, sampai ini saja. Pihak MUI enggan memberikan penjelasan ketika dimintai keterangan oleh kami terkait masalah tersebut,” tegasnya.
Kemudian tidak mentup kemungkinan, bahwa daerah Cirebon ini masih menjadi lokasi pergerakan yang di lakukan oleh oknum teroris. Oleh karenanya, elemen masyarakat harus melakukan pendataan.
“Karena, mengenai teroris ini merupakan tugas bersama dalam mencegah sikap radikalisme. Kemudian, jangan menganggap teroris ini biasa saja. Apalagi semuanya dipindahkan ke lapas Cirebon,” harap Dani.
Masih mengenai pendataan, Dani berharap petugas pemerintah secara intens melakukan pendataan dan pengawasan terhadap warga baru, yang sudah lama berdomisili di wilayah hukum kota. Pasalnya, dalam beberapa waktu terakhir, sedikitnya 11 korban sodomi melalui keluarganya telah melakukan pelaporan kepada Mapolres.
“Dan sampai saat ini, kami terus melakukan pencarian terhadap pelaku tersebut. Sebab, perbuatan itu jelas merupakan penyakit masyarakat yang harus ditindak, agar tidak terjadi di kemudian waktu,” ungkpnya.
Di samping itu, lanjut Dani mengatakan, mengenai geng motor itu tidak ada sama sekali, namun yang ada hanya oknum. Sebab, semuanya itu club yang selalu mendapat perhatian dan pembinaan dari kepolisian. Hal itu seperti dilakukan setiap waktu-aktu tertentu.
”Kemudian ada yang biasa melakukan keresahan itu, pernah kita tangkap dan mengaku bahwa pelaku merupakan ketua XTC dari wilayah Kabupaten,” terangnya.
Dani menjelaskan, dari beberapa daerah yang masuk dalam wilayah hukum Polres Kota Cirebon, yakni daerah kapatekan dan gunungjati. Sebelumnya memang kerap terjadi konflik yang melibatkan antar warga.
“Dan, Alhamdulillah usai ditangani oleh kami melalui penugasan satgas di daerah tersebut, tidak ada sama seklai keributan,” ujarnya.
Dani menambahkan, upaya pengaman dan ketertiban dalam membasmi penyakit masyarakat yang dipicu dengan beredaran miras. Hal itu juga menjadi target dalam penertibannya.
“Terlepas menghadapi perayaan pergantian tahun, kami terus berupaya melakukan pencegahan melalui operasi atau razia di sejumlah titik penyebaran miras dan sejenisnya,” kata Dani diamini Kasat Reskrim Polres Cirebon Kota, AKP Hidayatullah.
Sementara itu, Hidayatullah menambahkan, pihaknya mendesak Dinas Pendidikan untuk melakukan sosialisasi dalam hal pendidikan seks sejak dini. Sebab, sampai saat ini, Mapolres melalui petugas secara berkala melakukan kegiatan sosialisasi.
“Menengenai pendidikan seks di jajaran polres terus kami sosialisasikan, manfaatnya jelas sangat besar dalam hal ini sebagai upaya pencegahan,” ungkap Hidayatullah menambahkan. (CT-104)