Bangun Semangat Kebersamaan, GAMKI, Hikmahbudhi, dan FOKSI Temui Buya Syakur

Citrust.id – Bangun semangat kebersamaan, Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (GAMKI), Himpunan Mahasiswa Buddhis Indonesia (Hikmahbudhi), dan Forum Komunikasi Santri Indonesia (FOKSI), menemui Pengasuh Pondok Pesantren Cadangpinggan Indramayu, Prof Dr KH Buya Syakur Yasin, MA, Kamis (21/9/2023).

Ketua Umum DPP Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (GAMKI), Sahat MP Sinurat mengatakan, kunjungan tersebut untuk membangun silaturahmi, Sebagai anak bangsa, pihaknya mendengar nasehat dari Buya Syakur, seorang tokoh agama sekaligus tokoh bangsa, yang selama ini memberikan pesan damai dan menyejukan.

“Silaturrahmi ini juga bertujuan membangun semangat kebersamaan, termasuk meminimalisasi segala upaya polarisasi, khususnya menjelang pemilu 2024,” ujarnya.

Sahat menuturkan, pada pertemuan itu, Buya Syakur memberikan sejumlah pesan atau masehat. Ia berpesan, anak muda hendaknya mengutamakan semangat kebersamaan lintas agama. Tidak melihat suku, agama, atau asal daerah sebagai perbedaan, tetapi berkolaborasi membangun Indonesia.

“Setiap suku, agama, atau golongan punya karakter dan ciri khas masing-masing yang tidak bisa kita hilangkan. Itu semua menjadi identitas kita, Namun, jangan sampai karena identitas ini, kita tidak mau hidup bersama sesama anak bangsa,” kata Sahat.

Menurut Buya Syakur, salah satu yang harus didorong adalah kesetaraan. Siapapun punya hak yang sama, untuk bisa tinggal, hidup, bekerja, berkeluarga, hingga meninggal dunia di tanah air Indonesia.

Tidak ada orang yang menjadi warga negara kelas dua, kelas tiga, dan seterusnya. Semuanya setara, sebagai orang yang memiliki saham yang sama di Indonesia.

Silaturrahmi bangun semangat kebersamaan
Silaturrahmi membangun semangat kebersamaan. (Foto: Ist.)

Buya Syakur juga memberikan pesan terkait pemilu 2024. Ia menekankan, jangan ada polarisasi atau politik identitas pada pemilu nanti, yang menjelek-jelekan suku, agama, dan lain-lain.

Pemilu 2024 harus menjadi kegembiraan bersama. Jangan mudah terpancing, jika pada proses pemilu ada suhu politik yang memanas. Siapapun pemimpin yang terpilih nanti adalah pemimpin bersama.

“Kami sangat sepakat dan berterima kasih atas pesan-pesan Buya Syakur tadi. Pesan-pesan itu akan kami sebarluaskan kepada kader-kader GAMKI di seluruh Indonesia dan pemuda lintas agama,” ucap Sahat.

Sahat menjelaskan, GAMKI adalah organisasi pemuda kristen protestan yang berdiri sejak tahun 1945. GAMKI ikut terlibat dalam perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia. Saat ini, GAMKI memiliki sekitar 250 cabang kabupaten/kota yang tersebar di 35 provinsi di Indonesia.

“Yang menjadi fokus kami adalah merawat kebhinekaan dan menjaga pancasila. GAMKI juga mendorong pemuda-pemuda untuk menjadi pemuda yang nasionalis dan siap bekerja sama membangun Indonesia, tanpa melihat perbedaan,” terangnya.

Bulan lalu, Presiden Joko Widodo menghadiri rapat kerja nasional (rakernas) GAMKI di Medan, Sumatera Utara.

“Pada kesempatan itu, Presiden berpesan agar GAMKI berperan aktif dalam momen-momen menuju pemilu 2024, untuk menjaga kebersamaan,” kata Sahat MP Sinurat.

Di tempat yang sama, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Himpunan Mahasiswa Buddhis Indonesia (Hikmahbudhi), Ravindra mengungkapkan, ia adalah penggemar Buya Syakur. Ia menonton dan mendengar ceramah-ceramah Buya Syakur di Youtube.

Menurutnya, petuah-petuah Buya Syakur selalu memenangkan dan membawa keharmonisan terhadap hubungan antarumat beragama. Termasuk petuah yang Buya Syakur berikan pada pertemuan hari ini.

Ia berpesan, selain melaksanakan ibadah formal atau ritual, anak muda juga harus melakukan ibadah sosial. Untuk ibadah ritual, silakan ibadah masing-masing. Sedangkan ibadah sosial, bersama bekerja atau bergerak untuk kemaslahatan bangsa dan negara.

“Saya akan menanamkan pesan itu sebagai prinsip dalam berkegiatan sosial di masyarakat serta membangun keharmonisan dan kebhinekaan,” ujar Ravindra.

Ketua Umum DPP Forum Komunikasi Santri Indonesia (FOKSI), Muhammad Natsir Sahib menuturkan, ia sudah mengikuti Buya Syakur sejak 3-4 tahun yang lalu. Namun secara personal, ia mengenal Buya Syakur kurang lebih setahun ini.

“Indonesia butuh kiai seperti Buya Syakur yang moderat dan memiliki kapasitas keilmuan yang mumpuni. Beliau juga paham akan budaya serta kultur yang berkesinambungan antara agama dan kebangsaan,” ujarnya.

Pertemuan dengan Buya Syakur hari ini antara lain membahas moderasi beragama dan nilai-nilai keagamaan. Menurut Natsir, moderasi agama itu suatu keharusan.

“Agama tidak stagnan, tetapi terus bertransformasi. Islam butuh transformasi nilai. Begitu juga dengan lokasi penyebaran agama yang harus melihat kultur yang berkembang di masyarakat,” ucapnya.

Natsir juga banyak belajar dari Buya Syakur mengenai kesetaraan. Buya Syakur menekankan, setiap agama di Indonesia harus dipandang sama. UUD 1945 pun menjamin kebebasan dalam memeluk agama.

“Ini merupakan ilmu yang harus kita galakkan dan kembangkan. Masih sedikit orang yang berbicara tentang hal yang Buya Syakur sampaikan,” tutur Muhammad Natsir Sahib. (Haris)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed