oleh

You’re The Best Dad Ever

Catatan Dadang Kusnandar

SELALU ada hari peringatan bertaraf nasional sejak Januari hingga Desember. Baru saja kita selesai memperingati Hari Pahlawan 10 November, dua hari kemudian (12 November) Hari Ayah. Entah peringatan apa lagi hingga 30 November. Yang pasti, tak dapat dimungkiri bahwa kita menyukai peringatan/semacam kenduri. Sebuah tanda syukur sekaligus ingatan atas sesuatu yang ditandai.

Hari Ayah mungkin belum begitu popular sebagaimana halnya Hari Ibu. Sejak SD kita sudah dikenalkan Hari Ibu tanggal 22 Desember yang merujuk pada tanggal kelahiran Rd. Dewi Sartika di Bandung. Hari Ayah pada tanggal 12 November ini entah kenapa tiba-tiba seperti menjadi penting. Tidak sedikit teman-teman pria (berstatus ayah) memajang fotonya dengan anak-anaknya di status media sosial.

Sejak pagi ini banyak ayah yang berfoto khusus dengan putra putrinya saja, sementara foto istri menyingkir dulu. Sepertinya hendak dikatakan: Ini lho nak, ayahmu yang selalu mencintai kalian. Bila tak sempat berfoto, sang ayah mengedit sendiri foto dirinya bersama anak-anaknya. Duh, baper banget ya.

Perwujudan rasa cinta ayah kepada anak-anaknya agaknya bisa diperlihatkan dengan menampilkan foto kebersamaan. Momen itu menjadi penting dan hendak dibagikan kepada semua teman (melalui sebaran media sosial) agar teman-temannya tahu bahwa ia seorang bapak yang peduli dan menyayangi anak-anaknya. Kawan saya di Bogor mencantumkan: You’re the best dad ever!

Ada semacam rasa ingin diakui bahwa kasih sayang seorang ayah itu luar biasa besar kepada anak-anaknya sehingga perlu disebarluaskan melalui media sosial. Dan yang tidak melakukannya berarti tidak/kurang menghayati perannya sebagai ayah. Minimal kudet/kurang up date. Benarkah demikian?

Fenomena era digital nampaknya memosisikan seluruh pengguna sebagai objek yang layak untuk selalu dibidik. Para lelaki alias bapak-bapak (ayah) yang kabarnya lebih asik tenggelam dalam dunia kerja tiba-tiba diingatkan bahwa hari ini merupakan Hari Ayah Nasional. Maka ingatlah anak-anakmu dan berikan mereka perhatian lebih, setidaknya hari ini.

Era digital yang memanjakan ini memungkinkan anak-anak bisa menjadi lebih dekat dengan ayahnya meski berjauhan jarak. Komunikasi yang terus bangun antara anak dengan ayah membuahkan kedekatan yang lebih emosional antarmereka. Sebaliknya bila anak dan ayah tinggal serumah, Hari Ayah Nasional merupakan kesempatan bagi anak-anak untuk memanjakan ayah mereka.

Hari ini para ayah akan dilayani anak-anaknya bagaikan seorang Raja. Anak-anak di rumah akan melayani semua kebutuhan ayah, bila perlu asbak rokok pun disodorkan di atas meja kerja ayah di rumah. Ayah menjadi pusat perhatian karena Hari Ayah Nasional hanya sekali dalam setahun.

Pembaca budiman, beruntung kita hidup di zaman yang serba banyak pilihan saat ini. Termasuk memilih dan memposisikan diri sendiri pada serangkaian peringatan hari (apa pun) yang memenuhi almanak Indonesia.[]

Komentar