oleh

Tradisi Tahunan Sedekah Bumi Oleh Ratusan Petani Desa Pilangsari Berlangsung Meriah

Majalengkatrust.com – Sejak pagi sekitar pukul 05:00 WIB, sepanjang 200 meter ruas jalan di areal persawahan kalen malang, Desa Pilangsari, Kecamatan Jatitujuh ditutup total. Hamparan terpal plastik, terpasang di bagian areal persawahan dan ruas jalan yang menjadi jalur para petani untuk mengangkut hasil panennya.

Tak lama kemudian, sekitar pukul 07:00 WIB ratusan warga, sebagian besar di antaranya bapak-bapak secara berangsur berdatangan. Mereka duduk membentuk beberapa barisan memanjang di jalan beralaskan terpal tersebut.

Sebagian di antaranya datang dengan membawa nasi tumpeng, sejumlah wadah berisi lauk-pauk, serta aneka masakan sederhana lainnya. Makanan disimpan tersebar di hadapan barisan ratusan warga.

Beranjak siang, ratusan warga laki-laki perempuan berbagai usia dalam barisan itu, diarahkan untuk tidak beranjak dan diminta duduk tertib menyimak serangkaian acara.

Dimulai dengan pembacaan ayat suci alquran, dzikir dan solawatan, pembacaan, sambutan dari Kepala desa Pilangsari, H Didi Tarmadi dilanjut sambutan camat Jatitujuh, Junaedi SSos MPd, ditutup dengan do’a bersama dipimpin pemuka agama dari atas panggung kecil di jalan tersebut.

Setelah itu, dengan komando tokoh masyarakat di panggung acara itu, ratusan masyarakat itu beramai-ramai mengambil nasi tumpeng dan lauk pauknya, makan bersama duduk beralaskan terpal di ruas jalan.

Bahkan bersama kepala desa, serta sejumlah tokoh masyarakat Pilangsari pun, tak ketinggalan turut mengambil dan menikmati hidangan nasi tumpeng bersama-sama dengan masyarakat di tengah acara itu.

Kepala Desa Pilangsari, H Didi Tarmadi menyebutkan acara seperti itu, rutin dilakukan di Pilangsari. Menurutnya, acara tersebut sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu, diturunkan dari para sesepuh di desa tersebut.

“Ini merupakan acara sedekah bumi, sekaligus peringatan untuk menyambut masa tanam,” tuturnya dibenarkan pula sejumlah warga desa Pilangsari lainnya yang sedang mengikuti acara itu.

Namun, menurut mereka syukuran sedekah bumi dan peringatan menjelang masa tanam, sebetulnya sudah menjadi tradisi tahunan masyarakat di Pilangsari sejak ratusan tahun silam.

Hanya bentuk dan prosesi acaranya, dalam kurun waktu puluhan tahun belakangan diubah-ubah mengikuti perubahan jaman dan dinamika di masyarakat.

Dulunya, menurut mereka, acara tadisi syukuran sedekah bumi, sejak Pilangsari baru berupa pedukuhan, hingga menjadi desa, dilaksanakan melalui acara babarit Berupa pergelaran seni diwarnai ritual masyarakat menghantarkan dan makan bersama di persawahan.

Seiring perkembangan zaman dan perubahan dinamika masyarakatnya, tradisi itu masih tetap dilestarikan.

“Jadi, sebetulnya tradisi tahunan syukuran sedekah bumi dan dari dulu hingga sekarang belum pernah absen digelar masyarakat dan pemerintah di desa ini. Dan, atas kesepakatan masyarakat dengan pemerintah desa ini, bentuk acara tradisi itu mulai sekarang diubah dalam bentuk rangakaian acara seperti ini, dan tempatnya pun berpindah-pindah,” ujarnya.

H Didi Tarmadi menyebutkan usia desa Pilangsari menurut cerita turun-temurun tokoh masyarakat terhitung pada 1742 silam. Hingga sekarang ini sudah mencapai 275 tahun.

Sementara itu, menurut tokoh pemuda desa setempat, Ruswadi mengatakan, tradisi tersebut harus tetap dijaga dan diwariskan kepada generasi selanjutnya.Sebab, menurut Dia, hal tersebut sangat diperlukan sebagai identitas dan nilai luhur yang harus tetap dijaga.

“Selain bentuk rasa syukur, kegiatan ini juga merupakan adat istiadat yang harus tetap dijaga dan dilestarikan,” ujarnya. (Abduh)

Komentar