oleh

Tokoh Kunci Pembebasan 10 WNI Tanpa Tebusan

Ilustrasi

CIREBON (CT) – Seorang perwira Angkatan Darat Filipina menjadi salah satu tokoh kunci upaya pembebasan 10 Warga Negara Indonesia yang diculik Abu Sayyaf. Perwira asli kelahiran Provinsi Sulu ini sejak tiga pekan terakhir intensif berhubungan dengan para militan, membujuk mereka melepas para sandera.

Selain itu, sumber di militer Filipina menyatakan komandan Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF) turut berjasa melobi militan. Negosiasi dengan utusan Abu Sayyaf terjadi di pantai sisi utara Kepualuan Sulu, demikian the Japan Times.

Anggota tim negosiator yakni Eddy Mulya selaku pejabat KBRI Manila, menjamin tak ada uang tebusan yang diserahkan perusahaan atau pemerintah RI kepada Abu Sayyaf. Pendekatan antarpersonal salah satunya meminta orang yang dituakan Abu Sayyaf ikut berunding.

Dalam laporan terpisah, upaya pembebasan sandera sempat akan dilakukan pada pekan lalu. Namun akses menghubungi militan menjadi sulit setelah militer Filipina menggelar operasi besar-besaran menggempur Pulau Jolo. Operasi ini digelar seusai sandera asal Kanada, John Ridsdel (68) tewas dipenggal. Namun, komunikasi ternyata masih bisa dilakukan, sampai akhirnya sandera benar-benar dibebaskan.

Dua sosok tak disebut namanya ini menjadi bagian dari pendekatan soft power pemerintah RI untuk membebaskan sandera, seperti disampaikan Menteri Luar Negeri Retno L.P Marsudi.

Ke-10 sandera diantarkan oleh utusan penculik ke Pantai Parang, kemudian dijemput tim pemerintah RI-Filipina untuk transit rumah dinas Gubernur Sulu Abdusakur Tan, yang merupakan keponakan pemimpin MNLF Nur Misuari. Tadi malam akhirnya para sandera tiba di tanah air, diangkut pesawat pribadi milik pengusaha Surya Paloh.

Kendati 10 awak kapal tugboat Brahma 12 ini berhasil bebas, kabarnya masih ada empat WNI yang ditawan oleh Abu Sayyaf. Selain itu, kelompok teroris beranggotakan 400 personel ini masih menyandera tujuh sandera lainnya. (Net/CT)

Komentar