oleh

Terkait Nasib SDN 3 Pakusamben, Bupati-Disdik Beda Pendapat

CIREBON (CT) – Perbedaan pendapat mengenai merger SDN 3 Pakusamben antara bupati Cirebon dan Kepala Dinas Pendidikan Cirebon mewarnai kisah SD yang hanya bermuridkan satu siswa di kelas 4 itu.

Saat diwawancarai CT, Rabu (26/11) di sela-sela kesibukannya Bupati Sunjaya Purwadisastra, mengatakan, pihaknya merasa kaget mendengar dari media bahwa ada Sekolah Dasar (SD) siswa dan gurunya hanya 1, namun pihaknya sudah mengkonfirmasi kepada Dinas Pendidikan dan hasilnya bahwa SD tersebut sudah dimerger dari tahun 2013.

“Saya kaget mendengar, ada SD yang murid dan gurunya cuma satu, secara logika itu tidak mungkin ditambah muridnya yang sudah kelas 3 belum bisa membaca, apakah itu setingan atau bukan,” ujar Sunjaya.

Lebih lanjut, Sunjaya mengatakan, kalaupun ada kegiatan di SD tersebut, itu sifatnya menumpang dan itu bukan hanya di SD Negeri 3 Pakusamben saja di daerah lainpun banyak terjadi Sekolah yang dimerger, itu berarti sudah tidak digunakan dan harusnya dirobohkan.

Namun, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Cirebon Erus Rusmana membantah SDN 3 Pakusamben telah dimerger. Menurut dia, sampai saat ini penggabungan sekolah masih berlangsung. Usulan merger baru disampaikan ke Dinas Pendidikan bulan lalu.

“Saya luruskan, SDN 3 Pakusamben sedang dalam proses merger. Memang tidak ada ajuan untuk perbaikan dari UPTD Pendidikan setempat. Karena minat masyarakat untuk menyekolahkan anak di situ menurun, hanya tinggal 61 dan sekarang jadi 60 karena ada yang keluar satu orang, sehingga kepala UPTD Pendidikan Kecamatan Babakan mengusulkan dimerger. Sekolahnya sudah ada di SDN 2 Pakusamben,” Ujarnya.

Menurut Erus, merger memiliki beberapa tahapan. Antara lain pengajuan dari UPTD pendidikan di kecamatan setempat kepada Dinas Pendidikan, distribusi kepala sekolah maupun tenaga pengajar, serta distribusi siswa berdasarkan persetujuan para orang tua.

Saat ini, Erus menuturkan bahwa tim merger telah dibentuk dan tengah bekerja. Beberapa syarat telah terpenuhi, hanya tinggal satu lagi yakni kepala sekolah. Tim masih mencari sekolah untuk penempatan kepala sekolah.

Sedangkan di lain pihak, warga Desa Pakusemban berharap bahwa SD tersebut tidak ditutup dan harus dibangun kembali.

“Saya maunya SD itu dibangun kembali, karena kalau ditutup kasihan anak – anak kami, karena kalau kesekolah lain jaraknya jauh dari rumah,” ujarnya Siti (50) warga sekitar. (CT-127/CT-122).

Komentar