oleh

Sunan Gunung Jati, Dakwah, dan Motif-motif Keramik Belanda (2)

Oleh Umar Alwi Muhammad

Membahas serta mempersoalkan keberadaan Sunan Gunung Jati memang tidak ada habisnya. Mengingat beliau sebagai individu yang multitalenta. Sunan Gunung Jati adalah tokoh abadi sepanjang zaman.

Motif Keramik Belanda

Di Cirebon, jika melihat bangunan khususnya warisan Islam tempo dulu, kita akan melihat banyak keramik menempel di dinding serta gapura-gapura keraton. Hal demikian tentu memiliki maksud tertentu. Menurut zamannya, orang-orang yang memiliki hiasan atau koleksi keramik-keramik adalah keluarga terpandang serta posisi ekonomi yang berbeda dari masyarakat kebanyakan. Keramik-keramik pada waktu itu, hanya dimiliki oleh golongan ningrat, pengusaha asing dan pedagang lokal menengah ke atas.

Dan Belanda datang ke Cirebon dengan misi khusus yaitu menjajah dan mengembangkan ideologi atau kebudayaan bangsanya. Banyak pakar sejarah serta pengamat kebudayaan mengungkapkan, selain membawa misi perubahan kemanusiaan, kedatangan Belanda juga menancapkan westernisasi dan kristenisasi. Westernisasi adalah kegiatan atau usaha menghadirkan kebudayaan Barat, dengan tujuan menghilangkan nilai kebudayaan di tengah-tengah masyarakat.

Konsep nilai dalam konteks ini adalah ciri kebudayaan Belanda yang saya temukan lewat peninggalan-peninggalannya. Salah satu contohnya adalah keramik. Cukup mengagetkan, keramik-keramik dengan gambar perempuan-perempuan telanjang dada terpasang di beberapa tembok situs Islam. Tentu, hampir semua orang Islam paham soal aurat dan standar kepantasan umum berpakaian. Keramik bergambar perempuan telanjang dada tersebut, menurut saya, menarik untuk dikaji.

Model gambar dari keramik ini, adalah kecenderungan bermotifkan interaksi manusia dan pemandangan-pemandangan. Warna putih keramik sangat dominan, dan biru sebagai warna dasar. Keramik-keramik dengan gambar berwarna biru dominan adalah ciri penting yang banyak diproduksi Belanda. Motif lain juga ditemukan. Seperti gambar-gambar rumah, pabrik-pabrik, orang memancing, dan manusia berbadan ikan. Daun-daun dan pementasan orkesta juga diproduksi orang-orang Belanda.

Selain biru, ada juga coklat tua dan hitam keabu-abuan. Coklat tua lebih cenderung bergambar rumah-rumah, pabrik, pemandangan desa, dan keluarga (anak, bapak dan ibu). Gambar jenis itu banyak dijumpai di makam Sunan Gunung Jati dan Keraton Kasepuhan. Selain itu, ada juga gambar kincir angin dan pemandangan alam. Gambar itu berwarna hitam keabu-abuan. Kincir angin dan pemandangan alam juga ditemukan di lokasi serupa.

Jika ditarik sebuah kesimpulan, maka keramik dengan unsur Belanda memiliki tiga warna yang dominan. Biru, coklat tua dan hitam keabu-abuan. Corak-coraknya tidak lepas dari langgam Eropa. Interaksi manusia yang digambarkan pada keramik-keramik tersebut kebanyakan bermodel orang-orang asing. Baju yang dikenakan oleh mereka juga bukan khas Nusantara. Dari temuan demikian, besar kemungkinan Belanda memproduksi keramik-keramik dan menyebarkan budaya lewat gambar-gambar yang mereka simbolkan.

Untuk membenarkan pendapat ini, tentu membutuhkan pendekatan ilmu lain. Sosiologi, Antropologi, juga Sejarah sebagai terjemahan atas masa lalu mereka. Arkeologi juga tidak bisa dilepaskan dari kajian seperti itu. Hingga apa yang menjadi kesimpulan, akan mendekati standar kebenaran ilmiah serta melakukan rekonstruksi yang disusun dengan sudut pandang Historiografi.***

*) Penulis bergiat di Lingkar Jenar.

Komentar