oleh

Sultan Keraton Kanoman Gelar Tawurji, Ratusan Warga Berdesakan Berharap Berkah di Bulan Safar

CIREBON (CT) – Tradisi tawurji digelar di bangsal Jinem Keraton Kanoman Cirebon, Rabu sore (17/12). Ratusan warga yang menanti tradisi setiap penghujung bulan Safar ini, langsung merangsek ke dalam Jinem, saat Sultan Kanoman ke-XII, Sultan Raja Mochammad Emirudin yang didampingi Pangeran Patih Qodiron dan juru bicara Keraton Kanoman Ratu Raja Arimbin Nurtinal, keluarg dari Bangsal.

Warga rela berdesakan untuk mendapatkan saweran tradisi tawurji. Mereka berharap berkah akhir bulan Safar dan menyambut datangnya bulan Maulid. Dua perwakilan keluarga dengan membawa nampan besar berisi uang recehan, mengiringi rombongan Sultan. Keluarga keraton terlebih dahulu membuka tradisi tawurji ini, dengan membacakan doa Assyuro. memohon kepada sang kholik, agar diberi keberkahan dan keselamatan.

Sementara dihadapan mereka, ratusan warga berharap sedekah, sambil bersenandung lagu tawurji. Tawurji berarti “tawur tuan kaji, selamat panjang umur”. tak berapa lama, Sultan langsung memberikan saweran uang receh bercampur beras yang telah disiapkan. Kericuhan tak dapat dihindari. Warga yang tak sabar langsung merangsek dan berusaha merebut nampan berisi uang receh yang ddibawa abdi dalem keraton.

Tak hanya kalangan anak-anak. Tidak sedikit yang mengikuti tawurji dari kalangan dewasa baik laki-laki maupun perempuan. Bahkan beberapa warga terjatuh akibat berdesakan. Warga berebut mendapatkan uang receh bukan karena sedekah dari Sultan, melainkan berharap mempemeroleh berkah diakhir bulan Safar. “Ya tiap tahun saya ngikut tawurji, uangnya buat ngawalin usaha. Semoga berkah,” kata Iha (36) warga Kanoman yang turut berdesakan untuk mendapatkan uang sawer.

Tradisi tawurji ini dilakukan di lingkungan keraton Kanoman Cirebon, merupakan rangkaian ritual dibulan Safar menjelang perayaan Maulid. Dilakukan bertepatan dengan tanggalan Jawa Rebo Wekasan yang jatuh pada minggu terakhir di bulan Safar. Rebo Wekasan diyakini sebagai hari turunya berbagai malapetaka.

Tawurji erat kaitannya dengan mitos dimusnahkannya ajaran Syeh Siti Jenar, yang dianggap menyesatkan ajaran Islam. Ketika Syeh Siti Jenar di eksekusi pada bulan Safar 5 abad yang lalu. Maka 40 anak asuhnya menjadi yatim dan telantar. “Tawurji, memberi makna agar masyarakat peduli terhadap fakir miskin, untuk saling berbagi,” ujar Juru Bicara Keraton Kanoman Ratu Raja Arimbi Nurtina usai tradisi tawurji. (CT-105)

Komentar