oleh

Setelah Dilanda Difteri, Warga Majalengka Waspadai Wabah Polio

MAJALENGKA (CT) – Setelah ditetapkan kejadian luar biasa untuk difteri, menyusul tewasnya satu orang warga Kabupaten Majalengka. Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka juga mewaspadai wabah polio dengan menggelar sosialisasi PIN di aula Koperasi Saluyu Jalan Ahmad Yani, Selasa (16/02).

Kegiatan yang merupakan pekan imunisasi nasional tersebut diikuti para camat, para kepala Puskesmas, tokoh masyarakat, dan tokoh agama.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka, dr. Gandana Purwana mengatakan, penyakit polio merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus yang mudah menular, serta menyerang system syaraf, sehingga sangat rentan terhadap mereka yang tidak mendapat imunisasi secara lengkap sejak kecil.

“Imunisasi merupakan upaya pencegahan yang terbukti sangat efektif melindungi anak dari penyakit berbahaya seperti polio, tetanus, hepatitis, dan penyakit berbahaya lainnya termasuk difteri,” ungkap Gandana.

Gandana menjelaskan, beberapa tahun terakhir, polio telah menyita perhatian dunia. Pada tahun 2012 World Health Assembly (WHA) mendeklarasikan eradiksi polio menjadi salah satu isu kedaruratan kesehatan masyarakat.

“Polio telah menjadi momok yang menakutkan. Negara kita pernah mengalaami KLB Polio pada tahun 2005 sampai awal 2006 dengan 305 penderita yang tersebar di 10 Propinsi. Selain itu, penilaian resiko yang dilakukan WHO tahun 2012 sampai tahun 2014, Indonesia dinyatakan beresiko tinggi terhadap importasi virus polio dan oleh Komite Penasehat Ahli Imunisasi (ITAGI)merekomendasikan pelaksanaan Pekan Imunisasi Nasional (PIN),” ungkap Gandana.

Gandana menjelaskan, imunisasi merupakan cara paling efektif untuk melindungi anak dari infeksi.

“Selama ini, masih terjadi masalah dalam pelaksanaan karena beberapa faktor antara lain; , orang yang kerap mengabaikan imunisasi karena persepsi yang salah tentang imunisasi seperti ada yang mengharamkan dan kurangnya sosialisasi,” ungkapnya.

Ia mengungkapkan di sebuah kecamatan di Kabupaten Majalengka yang menolak imunisasi yaitu sebuah pondok pesantren.

“Padahal obat-obat imunisasi sudah dinyatakan halal. Maka dari itu perlunya sosialisasi dari semua pemangku kepentingan mengenai pentingnya imunisasi,” pungkas Gandana. (Abduh)

Komentar