oleh

PW IPNU Jabar Gelar Seminar tentang Kebangsaan

Cirebontrust.com – Pimpinan Wilayah Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Jawa Barat, menggelar seminar wawasan kebangsaan dengan memperkuat persatuan bangsa di Aula Fakultas Adab dan Humaniora UIN Bandung, belum lama ini.

Seminar kebangsaan diselenggarakan IPNU Jawa Barat bekerja sama dengan BEM Fakultas Adab dan Humaniora UIN SGD Bandung dengan tema menjaga indonesia, merawat kebhinekaan.

“Ada sekitar 300 peserta yang mengikuti seminar tersebut, terdiri dari mahasiswa, kader ipnu dan OKP se Jawa Barat,” ucap Ketua Umum PP IPNU Asep Irfan Mujahid.

‎Asep menambahkan, persoalan kebangsaan semakin kompleks, sehingga digalakan kembali sosialisasi dengan menjaga kebhinekaan. Terlebih persatuan bangsa kini terancam, dikhawatirkan masyarakat akan  terpecah belah.

“Semangat toleransi pada keberagaman kini memudar,  pada saat ini umat islam dipersepsikan menentang kebhinekaan,” tuturnya.

Dia menambahkan, ‎padahal dalam sejarah NKRI, umat Islam Indonesia sangat berkontribusi besar dalam mengawal keragaman dan mendasarkan pondasi negara ini pada keberagaman masyarakat. ‎

Spirit keindonesiaan terbentuk atas kerja peradaban secara kolektif, yang dilakukan oleh lintas suku, agama dan ras.

“Indonesia tak akan sukses bila hanya ada Islam di dalamnya, sehingga bhineka harus tetap dijaga,” tambahnya.

Lanjut dia, pada ‎hari ini mayoritas masyarakat lebih percaya dengan arus informasi viral di media sosial, dengan tanpa memperdulikan kebenarannya informasi tersebut.

Kondisi ini menurutnya sangat berbahaya dan dapat mengancam kebhinekaan, ditambah dengan konflik antar kelompok dengan sangat mudah bisa diprovokasi oleh issu di media sosial.

“Untuk itu maka sudah saatnya kita tampil kembali turun ke jalan, melakukan gerakan sosial dengan memberikan edukasi publik khususnya yang berkaitan dg politik kebangsaan,” lanjutnya.

Ditempat yang sama, Ketua Departemen Sosiologi UGM Arie Sudjito mengatakan, ‎persoalan Indonesia dulu untuk menghentikan imperialisme. Ditamabh dengan corak Indonesia itu terbentuk dari keberagaman, dengan keberagaman tersebut yang mengikat Indonesia.

“Tantangannya kini adalah kemakmuran. Benturan yang kini dihadapi adalah imperialisme baru dan perpecahan di antara kita,” katanya.

Dia menuturkan, ‎padahal keberagaman itu mampu membentuk spirit keadilan Indonesia, an musuh yang sebenarnya itu ketidakadilan global dan sekterian perspektif agama.

Padahal jelas konstitusi kita itu membahas tentang keberagaman, ‎dan bukan pada perbedaan agama dan etis.

“Umat Islam perlu peka dan peduli biar  gak terlibat dalam benturan ini, bayangkan bila ini tak dicegah. Untung dulu ada NU dan Muhammadiyah yang mencegah itu,” tuturnya.

Dia melanjutkan, semua masyarakat harus peduli dengan kondisi bangsa, dengan ikut memikirkan bangsa yang tetap menjaga persatuan. ‎Semua masyarakat harus diajak secara praktis demokrasi, dan Kebhinekaan Indonesia pada masyarakat

“Jangan hanya pada elit politik yang peduli terhadap bangsa, akan tetapi masyarakat dilibatkan,” katanya.

Dalam kesempatan yang sama, Dosen Fakultas Adab dan Humaniora UIN SGD Bandung Wahyu Iriana‎ menuturkan, menjaga Bhineka menjadi bagian penting. Guncangan yang terjadi saat ini biasa, karena sebelumnya pernah menghadapi dan melewatinya.

“Dulu ada NII dan PKI yang ingin memecah NKRI, tapi akhirnya NKRI tetap berdiri,” tuturnya.

Dia menambahkan, kesadaran palsu bernegara sudah menjangkit di Indonesia seperti elit politik dan mafia politik, dan ini menjadi tanggungjawab bersama untuk membenahi kesadaran palsu tersebut.

Perbedaan akan menjadi bangsa ini menjadi besar, serta ditekankan kepada masyarakat untuk menjaga kebhinekaan bangsa.

“Kalau kita gak paham bingkainya, bagaimana kita bisa berbangsa dan bernegara yang satu Indonesia,” pungkasnya. (Iskandar)

Komentar