oleh

Polres Ciko Dorong Disdik Cirebon Gencar Sosialisasikan Edukasi Seks

CIREBON (CT) – Kapolres Cirebon Kota AKBP Dani Kustoni melalui Kasat Reskrim AKP Hidayatullah mendorong Dinas Pendidikan (Disdik), untuk gencar melakukan sosialisasi pendidikan seks di lingkungan pelajar.

Pasalnya, angka kriminal yang terdata di Mapolres Cirebon Kota, tidak lepas dari perbuatan penyimpangan seks. “Seperti tindakan tidak terpuji yaitu pelecehan seksual terhadap anak dibawah umur,” kata Hidayatullah kala berada di Gedung DPRD Kota Cirebon, dalam hearing dengan Komisi A, belum lama ini. Selasa, (30/12).

Pria yang akrab di sapa Mamang Day itu menjelaskan, mengenai pendidikan seks bagi petugas satuan polisi, tentunya telah dilakukan dan berjalan dalam beberapa waktu kebelekang. “Betul, mengenai seks edukasi ini telah kami lakukan melalui para perwira dan anggota polisi wanita. Tujuannya, sebagai bentuk pencegahan terhadap peningkatan angka criminal tersebut,” Ungkap Day.

Menurutnya, pihak kepolisian sebelumnya telah melakukan diskusi dengan pemerintah dalam hal ini dinas pendidikan. Hal itu terutama dalam menindaklanjut dan berupaya memasukan pendidikan seks ini dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar (KBM).
“Ya, kami berharap pendidikan seks ini semoga terhimpun dan masuk dalam referensi kegiatan belajar mengajar yang di kurikulumkan,” katanya.

Tujuan mulia dalam pendidikan seks, lanjut Day mengatakan, kondisi ini tentunya sebagai bentuk penghindaran terhadap penyakit masyarakat di lingkungan yang kian menjmaur.

Apalagi di dorong dengan mudahnya, mengetahui gambar atau film tidak senonoh itu di dapatkan melalui situs internet. “Intinya, dalam pendidikan seks ini perlu diberikan kepada anak-anak sejak dini. ya, supaya tidak ada penyakit masyarakat yang di muncul karena generasi baru,” tegasnya.

Di samping itu, Day mengatakan, dalam penghujung tahun sekarang, masalah tindakan pelecehan sekssual memang mengalami penurunan.

Namun, hal itu belum memberikan kepuasaan yang sebelumnya di targetkan sekitar 50 persen. “Angka penurunan kasus pelecehan seksual, semasa tahun 2014. Di antaranya bentuk perkosaan sebanyak 4, setubuh anak di bawah umur sebanyak 16 kasus , (dibawah umur). Dari sebanyak 20 jumlah kasus, kami berhasil mengungkap sebanyak 15 kasus,” ungkap perwira yang pernah bertugas di wilayah hukum Makasar.

Melihat dari jumlah kasus saat ini, jelas memiliki perbandingan yang sangat jauh dari tahun 2013, sebab dalam tahun sebelumnya. Jumlah pelecehan kasus setebuh yang menimpa anak di bawah umur dan bentuk pelecehan lainnya, jika di total sebanyak 29.

“Dengan rincian jumlah kasus sebanyak 29 itu, dapat kami selesai sebanyak 22 kasus. Di samping itu, jika di presentasikan dengan angka tentu memiliki penurunan sebesar 35 persenan,” ujar Day yang dalam Sembilan bulan menjalankan tugas dan krwajibannya, di wilayah hukum Kota Cirebon.

Menyinggung terhdap korban perlakuan pelecehan seks, Day menceritakan, untuk satuan polres tentunya memiliki ruang dan pelayanan khusus kepada korban tersebut. Beberapa tindakan yang diberikan oleh polwan itu berupa pembinanaan dan bimbingan konseling. “Tujuannya, untuk memeberikan semangat kepada korban dan menghindari ras ketakutan atau traumatic terhadap perbuatan yang menimpa korban sebelumnya,” ujarnya.

Mengenai pelaksanaan dalam bimbingan konseling, itu dilakukan sebanyak 3-7 hari dari waktu pelaporan. Pemberian dengan keterbatasan itu karena minimnya petugas dan banyaknya permaslahan lain, yang mesti di bereskan. “Oleh karenanya, pemerintah di sini harus peka terhadap pelayanan dalam pemeberian perhatian dan waktu untuk konseling. Caranya, entah dengan menggunakan jasa psikater atau psikolog.,” terangnya.

Sementara itu, Ketua Komisi C DPRD Kota Cirebon yakni Sumardi mengatakan, mengenai inovasi yang di gagas oleh polres dalam gencar melakukan sosialisasi pendidikan seks. Tentunya mendapat dukungan yang sangat besar. pasalnya, pendidikan apapaun itu mememiliki pengetahuan dalam emningkatkan kecerdasan. “Apalagi mengenai pendidikan seks ini, jelas sangat penting bagi pelajar dan lingkungan keluarga di lingkungan masyarakat. Sebab pendidikan seks ini merupakan cara pendewasaan dan kesehatan dalam menghindari pelanggaran secara norma dan aturan,” jelas Sumardi.

Sumardi yang akarab di sapa Pak de itu mengatakan, jangan kan untuk pendidikan seks yang harus disosialisasi sejak dini. Namun, mengenai pencegahan terhadap bahaya narkoba melalui test urine dalam masa penerimaan peserta didik baru (PPDB) tentunya harus mendapat porsi sama. “Jadi bila perlu tes urine ini, juga dapat dilakukan dalam pencegahan bahaya narkoba,” kata Pak De seraya menantang kepada BNN Kota Cirebon agar melakukan tes urine kepada anggota DPRD Kota.

Ketika di Tanya soal tindakan tes urine yang dilakukan BNN secara mendadak, dia mengatakan bahwa untuk pribadinya siap melakukan tes urine kapan saja. “kapan dan dimanapun saya siap mengikuti tes urine,” pungkasnya. (CT-104)

Komentar