oleh

Pesantren Al Qur’aniyyah Majalengka Ajarkan Santri Kebersihan dan Nasionalisme

Majalengkatrust.com – Sering kali kesan santri dikonotasikan dengan penyakit gatal-gatal atau orang sunda menyebutnya budug, karena lingkungan pemondokan dan air yang kurang bersih. Hingga orang tua dulu menyebut santri budug.

Santri budug tak terjadi di Pondok Pesantren Al Qur’aniyyah Majalengka yang berlokasi di Jalan Olahraga, Kelurahan Majalengka Wetan, Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka pimpinan Yuyud Aspiyudin (35) dan istrinya Desi Prihastuti. Lingkungan ponpes yang dihuni 75 orang santri usia SMP ini bersih, demikian juga dengan kamar mandinya.

“Nampaknya santri budug sudah tidak ada di kami, karena kami terus menjaga kebersihan,” ungkap pimpinan ponpes Yuyud, Senin (29/05).

Pesantren yang berdiri sejak tahun 2.000 ini khusus mengajarkan Alquran bagi anak-anak. Para santri saat keluar diharapkan tahfidz quran 30 juz. Para santrinya menurut keterangan Yuyud berasal dari luar daerah, sebagian kecil dari wilayah kota Majalengka.

“Kami ingin semua santri bisa membaca Alquran dengan baik dan benar, tak hanya sekedar hafal, malah mereka juga harus tahu artinya agar bisa mengamalkannya,” ungkap Yuyud.

Para santri belajar hafalan quran sejak pulang sekolah SMP pukul 14.00 WIB hingga menjelang asar, kemudian istirahat dan usai magrib kembali belajar hingga salat isa, setelah itu kembali belajar hingga pukul 21.00 WIB. Kebetulan sejak tahun 2013 Yuyud mendirikan SMP sehubungan banyak santri yang berasal dari keluarga miskin dan yatim piatu, sehingga mereka tak mampu sekolah di sekolah umum.

“Dari jumlah 75 santri, sekitar 60 persen santri berasal dari keluarga tidak mampu dan yatim piatu, sebanyak 55 orang dari mereka sekolah di SMP. Makanya mereka tinggal di sini dan sekolah secara gratis, selebihnya ada yang memberi sumbangan, namun tentu kami tidak mentargetkan sumbangan dari orang tua santri, berapapun yang diberikannya kami bersyukur untuk mebantu biaya makan sehari-hari dan listrik,” ungkap Yudud.

Para santri kini ada yang sudah hafal alquran dua hingga 8 juz, Edo dan Awaludin yang kini duduk dibangku kelas dua SMP misalnya mereka rata-rata hafal dua juz, demikian juga dengan Regi asal Ligung dan Ira asal Cijati masing-masing hapal dua juz. Mereka mengaku belajar dan menghapal sesuai jadwal yang dianjurkan ustaznya.

Di pesantren ini tak hanya belajar agama, namun juga belajar bagaimana menjaga kebersihan badan dan lingukungan tempat tinggal mereka. Pagi dan sore santri harus piket mengepel lantai dan kamar tidur serta membersihkan sampah. Selain itu juga membersihkan kamar mandi agar tetap terjaga kebersihannya.

Dan yang unik, semua santri hafal lagu Indonesia Raya serta lagu-lagu wajib, karena guru dan ustaz memberikan pelajaran tentang nasionalisme dan bagaimana harus menjaga toleransi antar sesama. Setiap Senin dan Jumat juga dilaksanakan upacara bendera.

“Semua santri harus menjaga kebersihakn badan dan lingkungan agar mereka sehat. Toleransi terus kami jaga agar tetap saling menghargai dan mengormati perbedaan pendapat dan perbedaan agama,” kata Yuyud. (Abduh)

Komentar