oleh

Pengamat Ekonomi: Rupiah Jangan Sampai Menjadi ‘Uang Sampah’

CIREBON (CT) – Kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada senin (15/12)Rupiah menunjukan angka 12.661 per Dollar Amerika (USD), atau menjadi kelemahan terbesar semenjak memasuki tahun 2014. Hal ini diakibatkan besarnya utang swasta yang tidak dimasukan kedalam kebijakan linding nilai (Hedging) sehingga rentan terhadap Votalitias Kurs.

“Iya, memang kurs rupiah akhir-akhir ini melemah, bisa jadi akibat kepentingan para pedagang ekspor-impor,” ujar pengamat ekonomi yang juga merupakan Sekretaris Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cirebon Moh. Yudi Mahardianto,SE.,MM.

Lebih lanjut Yudi menerangkan bahwa di satu sisi memang membuat pengusaha eksportir senang. Sebaliknya, kata dia, hal itu tak bagus bagi ekonomi Indonesia secara keseluruhan.

“Ekonomi kan secara keseluruhan berkaitan dengan pembayaran utang luar negri, pembelian bahan baku, jadi kalau pembelian bahan baku bisa berada di under value, cost kita akan lebih besar, karena kita akan membeli bahan baku luar negeri yang murah, namun akan dijual mahal karena nilai rupiah yang melemah,” tambah dia.

Lebih lanjut, apabila hal tersebut terus-terus didiamkan maka Rupiah bisa masuk kedalam kategori ‘uang sampah’. Menurut Yudi, BI dalam hal ini harus sigap mengatasi masalah ini.

“Istilah uang sampah adalah istilah yang digunakan untuk mata uang yang sangat rendah nilai tukarnya dibanding dolar AS. BI dalam hal ini harus mengeluarkan berbagai kebijakan fiskal yang bisa menaikan nilai rupiah,” terang Yudi. (CT-124)

Komentar