oleh

Penderita HIV/AIDS di Cirebon Meningkat

CIREBON (CT) – Setiap tahunnya, lonjakan penderita penyakit HIV/AIDS semakin tinggi. Termasuk hari ini, 1 Desember 2014, yang diperingati sebagai hari AIDS Sedunia, masih banyak catatan soal AIDS. Di tahun 2014 ini, Komisi Penanggulangan (KPA) HIV/AIDS Kota Cirebon menemukan 92 kasus baru. Jumlah ini melonjak dari temuan kasus pada tahun 2013 yang hanya 44 kasus baru. Senin (01/12)

Jumlah kasus baru penderita HIV/AIDS yang ditemukan KPA Kota Cirebon masih sangat memungkinkan bertambah. Mengingat KPA hingga saat ini masih melakukan mobile visit dan pengecekan HIV/AIDS, pada kalangan yang berisiko terpapar HIV/AIDS. Pengecekan menyasar pada kos-kosan, komunitas pekerja seks, gay, lesbian dan waria.

Sekretaris KPA Kota Cirebon, Sri Maryati, menjelaskan, hingga kini tercatat 715 kasus. Hingga akhir tahun, masih besar kemungkinannya penderita HIV/AIDS bertambah. “Lonjakan yang cukup tinggi ini terjadi karena dilakukan pengecekan di beberapa komunitas dan juga kesadaran masyarakat, untuk melakukan pengecekan HIV/AIDS cukup tinggi. Sehingga semakin lama, penderita HIV/AIDS semakin terungkap,” bebernya.

Tren penularan HIV/AIDS pun beberapa tahun ini mengalami pergeseran. Bila pada tahun 2007 ke bawah, penularan HIV/AIDS mayoritas terjadi akibat jarum suntik, kini penularan mayoritas terjadi karena perilaku seks bebas. “Ini jelas menjadi perhatian kami, karena saat ini kami sudah menemukan anak berusia 12 tahun sudah mulai melakukan aktivitas seksual. Dan ini sangat memprihatinkan,” lanjutnya.

Bahkan, KPA sempat menemukan pelajar berusia 14 tahun, yang sudah terkena infeksi menular seksual seperti sipilis atau raja singa. Hal ini jelas menjadi potret yang cukup memprihatinkan di dunia anak-anak Kota Cirebon. “Kami coba untuk melakukan edukasi dan merangkul pelajar, tapi sebenarnya kunci dari pencegahan penyebaran HIV/AIDS sendiri, berada di keluarga,” kata Sri.

Keluarga, kata dia, setidaknya berusaha untuk mengawasi tontonan dan bacaan anak. Karena, tak sedikit anak yang mulai mencoba-coba perilaku seks bebas lantaran penasaran, dari hal yang dilihat dan dibacanya. Orang tua juga diharapkan bisa memahami informasi mengenai HIV/AIDS dan juga penggunaan obat-obat terlarang. Sehingga orang tua bisa memberikan edukasi pada anak. “Kalau orang tuanya saja tidak paham, bagaimana mereka mau mengajarkan anak-anaknya untuk menjauhi HIV/AIDS dan obat-obatan,” kata dia.

Selain itu, untuk menekan penyebaran HIV/AIDS sendiri, Sri juga menghimbau para lelaki, untuk tidak melakukan hubungan seks di luar pasangannya. “Untuk laki-laki setidaknya mereka harus punya tanggungjawab pada anak dan istrinya, agar tidak tertular HIV/AIDS. Karena penularan tercepat itu dilakukan oleh pria,” sambungnya.

Bahkan upaya lain yang dilakukan untuk menekan penularan HIV/AIDS, KPA bersama dewan akan mencoba mengubah aturan yang ada, dimana calon pengantin, tidak hanya diberikan pengetahuan mengenai HIV/AIDS, tetapi juga disarankan untuk melakukan pengecekan HIV/AIDS.

Ditambahkan Sri, kini KPA sudah menggandeng sedikitnya 5 Puskesmas yang bisa dijadikan tempat untuk memeriksakan HIV/AIDS. Kelima Puskesmas itu adalah Puskesmas Gunung Sari, Kejaksan, Jagasatru, Kesunean dan Larangan. Di puskesmas itu, masyarakat bisa memeriksakan dirinya dan melakukan pengecekan dini tentang HIV/AIDS dan infeksi menular seksual. “Memang sengaja kami dekatkan dengan masyarakat,” tukasnya.

Lalu bagaimana dengan dukungan anggaran pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS? Sri Maryati menjelaskan, di tahun 2014, anggaran yang diterimanya dari APBD sebesar Rp. 400 juta. Sebagian anggaran atau sebesar Rp. 200 juta diperuntukan gaji dan honor pekerja dan sukarelawan, sementara sisanya diperuntukan program pencegahan dan penanggulangan.

Bahkan dengan anggaran tersebut, KPA juga melakukan medical check-up pada orang dengan HIV/AIDS (ODHA). “Tahun depan juga Rp. 400 juta,” singkatnya. (CT-104)

Komentar