oleh

Pelarangan Buku Adalah Cermin Buruknya Dunia Literasi Indonesia

Ilustrasi

CIREBON (CT) – Tindakan teror yang dilakukan pihak aparat terhadap aktivitas literasi menimpa setidaknya dua penerbit dan satu toko buku di Yogyakarta, yakni penerbit Narasi di daerah Deresan, penerbit Resist Book di Maguwoharjo serta Toko Buku Budi di daerah Caturtunggal. Peristiwa berlangsung antara hari Selasa-Rabu, 10-11 Mei 2016.

Selain peristiwa yang terjadi di Yogyakarta, pemberangusan buku juga terjadi diberbagai wilayah di Indonesia diantaranya Kediri, Tegal, Gresik, Cirebon, dan Bandung.

Adhe Ma’ruf dari Masyarakat Literasi Yogyakarta menyatakan bahwa pembungkaman atas pandangan yang berbeda merupakan aksi yang bertentangan dengan konstitusi, penyeragaman opini melalui pelarangan buku merupakan cara-cara yang tidak demokratis.

Untuk itu Adhe mengimbau agar masyarakat jernih dalam melihat persoalan ini, Masyarakat Literasi Yogyakarta yang diwakilinya diakui tidak pernah mengupayakan keberpihakan terhadap suatu falsafah atau ideologi tertentu.

Ditambahkan Adhe, Indonesia berada di posisi 61 dari 63 negara yang tingkat literasinya buruk, hanya satu tingkat diatas Boswana. Aspek-aspek literasi seperti menulis, membaca, menerbitkan dan menjual buku terhitung masih minim sehingga Indonesia terjerambab di urutan bawah.

Yogyakarta menjadi penyuplai sekitar 40 persen kebutuhan buku nasional melalui 150 lebih jumlah penerbit buku yang ada, namun hal tersebut tidak berpengaruh pada tingkat produksi buku di Indonesia karena masih lebih kecil dibanding negara-negara lain di Asia. (Net/CT)

Komentar