oleh

Parpol dan Pasar (6)

Oleh Dadang Kusnandar*)

TEMAN saya yakin sekali bahwa pendaftarannya menjadi kandidat kepala daerah ke suatu parpol akan memperoleh rekomendasi. Ia melihat rival politik yang mendaftar ke parpol tersebut dapat diatasi. Praktis ia optimis pada waktunya rekomendasi parpol akan diraih.

Berbagai kegiatan menarik perhatian massa digelar berkat tim sukses bentukannya. Perangkat pengenalan diri disebar ke berbagai sudut kota. Baligo dan spanduk berbagai ukuran, leaflet dan brosur memajang foto dirinya.

Semua kegiatan menyangkut kepentingan pencalonannya diliput media cetak elektronik. Bahkan medsos yang semula hanya untuk aktivitas senggang, kerap dijenguk meski jarang berkomentar.

Kawan-kawan seorganisasi dahulu kembali dihubungi. Mantan bawahan, termasuk kawan-kawan yang telah berhasil dibantu memperoleh pekerjaan sesaat maupun kawan-kawan yang dikenal selintas, seketika jadi prioritas.

Rumah yang semula tertutup jadi terbuka dan siap menerima tamu jam berapa pun. Obrolan tak jauh dari optimisme memperoleh rekomendasi parpol dan memenangkan pilkada.

Peta politik dan analisa SWOT ia pelajari secara detil agar impian pemasaran produk idenya terealisasi. Tak sungkan ia mengomentari setiap pergerakan politik seputar event politik yang diikutinya, dan dipublikasi melalui media massa. Dia juga getol hadir ke berbagai keramaian publik. Tak peduli apakah ia mengenal komunitas itu atau tidak. Yang penting tampil dengan kemasan citra diri.

Parpol dalam konteks di atas merupakan sarana penting guna memuluskan impian politik dan kekuasaan. Sementara pasar secara terbuka menampung seluruh kandidat yang giat mempromosikan diri.
Parpol dan pasar berstatus subjek, sedangkan para kandidat menduduki peringkat objek.@

*)penulis lepas, tinggal di Cirebon

Komentar