oleh

Musim Hujan, Produksi Kerupuk Kulit Alami Penurunan

CIREBON (CT) – Memasuki musim penghujan, produsen penganan kerupuk kulit kerbau mengalami penurunan jumlah produksi. Pasalnya, proses penjemuran yang masih bergantung pada sinar matahari tersebut menghambat pembuatan kerupuk, ditambah pasokan kulit kerbau yang dirasa sulit didapat saat musim hujan.

Seperti yang dialami Lili, salah seorang produsen kerupuk rambak (istilah bahasa Cirebon) atau kulit kerbau di Desa Batembat, Kecamatan Tengah Tani Blok Pejagalan, Kabupaten Cirebon ini. Saat cuaca normal (panas), Lili yang merupakan generasi ke-3 keluarga pembuat kerupuk kulit ini mampu menghasilkan 20 kilogram kerupuk matang setiap kali produksi atau dalam jangka waktu 2 hari (per-produksi).

“Kalau sekarang ga tentu, karena selain mengandalkan panas matahari, pasokan kulit akhir-akhir ini juga sedang susah,” ungkapnya kepada CT saat ditemui di kediaman sekaligus tempat pembuatan kerupuk kulitnya, baru-baru ini.

Dikatakannya, proses penjemuran kulit yang biasa memakan waktu 3 hari, semenjak musim hujan bisa mencapai satu minggu atau lebih. Ditambah, penurunan kualitas rasanya jika dalam proses penjemuran, kulit kerbau tersebut terkena air hujan. “Tahapan buatnya aja lama, dari mulai perebusan kulit mentah sampai penjemuran berulang-ulang. Ditambah cuaca sekarang ini, udah 3 hari aja yang lagi dijemur sekarang belum kering,” ujar wanita paruh baya ini.

Meski begitu, Lili mengaku, kerupuk kulit produksinya selalu habis terjual, baik di dalam toko jajanan oleh-olehnya maupun pesanan dari luar kota, seperti Bandung dan Purwokerto. “Harga juga mempengaruhi. Untuk kerupuk kulit matang sekarang dijual Rp. 140 ribu perkilonya, sedangkan kerupuk mentahnya lebih mahal Rp.170 ribuan perkilo,” tandasnya. (CT-108)‎

Komentar