oleh

Musikalisasi Puisi dan Kreator Kota Ini (2)

Oleh Imam Sanoezy

 

MUSIKALISASI PUISI DI INDONESIA

Mengutip Remy Sylado, Fatih Zam menulis Riwayat Musikalisasi Puisi Dulu Hingga Kini, pada paruh pertama dasawarsa 1950-an sebenarnya sudah dikenal istilah musikalisasi syair. Saat itu, seorang komposer bernama Cornel Simanjuntak melakukan kolaborasi dengan penyair-penyair terpandang. Mekanismenya sederhana, ada puisi sebagai bahan dasar yang kemudian digarap komposisinya oleh para pemusik.

Namun, apa yang dilakukan Cornel Simanjuntak ini dianggap sebagai upaya meloncat dari mannerisme yang telah berlangsung selama ratusan tahun dengan lagu populer Indonesia—dalam hal ini Melayu dan daerah, kecuali Jawa.

Eksperimen Cornel Simanjuntak dianggap “menyeleweng” karena lirik merupakan bagian tidak terpisahkan dari tradisi berpikir tertib sastra. Kemudian, pada paruh pertama dasawarsa 1970-an, beberapa seniman mencoba untuk memusikalisasikan puisi seperti puisi Sanusi Pane, Chairil Anwar, Kirdjomulyo, Ramadhan K.H. Karya sastra tersebut digubah menjadi lagu oleh komponis dan penulis lagu seperti FX Sutopo.

Kelompok musik Bimbo, bisa dikatakan sebagai penggebrak avantgarde musikalisasi puisi di Indonesia. Bimbo meminang sajak-sajak Taufik Ismail, Ramadhan KH, dan Wing Kardjo, untuk melengkapi musik yang diusungnya. Apa yang dilakukan Bimbo pun disambut meriah oleh publik.

Mengenai fakta sejarah musikalisasi puisi, kita juga perlu mencatat peran para seniman Yogyakarta. Umbu Landu Paranggi, misalnya. Bersama murid-muridnya seperti Ebiet G. Ade, Emha Ainun Najib, Ragil Suwarna Pragolapati, Deded Er Moerad, yang selalu membawa puisi-puisinya dengan musik. Kemudian seniman jalanan di Surabaya seperti Leo Kristi, The Gembel, Gombloh dan The Lemon Tree’s.

Di Bandung ada Harry Rusli and Friends (Gandrung Sastra #1:2012). Ada juga Yayan Katho, Ferry Curtis, Muktimuktimimesissoul, Ari KPIN, dan Hajar Aswad, yang berproses dan bergerak di Bandung pada kurun sepuluh tahun terakhir.

Di Jakarta, sekitar tahun 1980-an, hadir dua orang seniman, Reda Gaudiamo dan Ari Malibu, yang lahir dari teater kampus. Mereka mengkhususkan diri dalam karya-karya musiknya untuk memusikalisasikan puisi. Puisi yang sering mereka musikalisasikan didominasi karya-karya Sapardi Djoko Damono, di antaranya Sajak Kecil Tentang Cinta, Aku Ingin, Hujan Bulan Juni, Ketika Jari-jari Bunga Terbuka.

Sampai sekarang, sudah tiga puluh tahun lebih mereka tetap eksis untuk menggubah puisi menjadi lagu.

 

*) Penulis adalah pemusik, bergiat di Lingkar Jenar.

Komentar