oleh

Masjid Merah Panjunan Cirebon, Jejak Peninggalan Berabad Silam

CIREBON (CT) – Warna merah bata mendominasi keseluruhan bangunan yang didirikan pada tahun 1480 ini. Masjid Merah Panjunan terletak di Kampung Panjunan, kampung pembuat jun atau keramik porselen. Bangunan ini didirikan oleh Maulana Abdul Rahman atau Pangeran Panjunan seorang murid Sunan Gunung Jati.

Sekilas, bangunan ini tidak tampak seperti masjid. Jika masjid-masjid pada umumnya memiliki kubah dan menara, maka tidak bagi Masjid Merah Panjunan. Masjid ini justru beratapkan limas berwarna hitam dan tanpa menara. Bagian depan berdiri sebuah gerbang seperti gapura candi. Seluruh sudut masjid berwarna merah karena bahan bangunannya yakni batu bata merah. Masjid ini memadukan budaya Hindu, Tiongkok, dan Islam. Gapura candi dan batu bata merah adalah pengaruh dari Hindu. Untuk batu bata merah, biasanya digunakan untuk membangun candi.

Konon, masjid ini dibangun hanya dalam satu malam. Pengangkut bahan bakunya menggunakan Pedati Gede. Keunikan lain dari struktur bangunan adalah bagian atap yang menggunakan genteng tanah warna hitam dan hingga kini masih dijaga keasliannya. Namun, beberapa keramik yang ada di tembokĀ  sudah dicukil oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab, terutama pada bagian pagar tembok. Pintu masuknya yang sengaja dibuat lebih pendek daripada ukuran tinggi badan manusia memiliki makna bahwa manusia tidak boleh sombong. Di dalam masjidnya juga terdapat 17 tiang penyangga yang melambangkan 17 rakaat dalam salat. Empat dari 17 tiang penyangga itu ada empat sokoguru yang merupakan penyangga utama sebagai simbol empat imam dalam hukum atau syariat Islam. Mereka adalah Imam Maliki, Imam Hambali, Imam Syafi’i, dan Imam Hanafi. (Net/CT)

 

Komentar