oleh

Masjid Keramat Megu Gede, Berpintu Rendah Mengajarkan Kesopanan

Cirebontrust.com – Megu Gede adalah nama sebuah desa lama. Selain Desa Megu Gede, terdapat pula Desa Megu Cilik. Letaknya di sebelah Selatan Desa Plered. Di tempat ini terdapat sebuah masjid tua. Masjid bersejarah itu berada di Desa Megu Gede Kecamatan Sumber Kabupaten Cirebon. Menurut juru kunci masjid, M. Misqo, Masjid Keramat Megu Gede didirikan oleh Ki Buyut Atas Angin pada abad ke-17 Masehi. Untuk memasuki lokasi masjid ini, kita akan disambut oleh sebuah gapura masjid di pinggir jalan bertuliskan: Gapura Masjid Keramat Megu Gede.

Masjid ini, pada sepekan menjelang dan sesudah hari raya Idul Fitri dan Idul Qurban, selalu ramai dipadati peziarah. Mereka biasanya datang untuk mengambil air yang ada di dalam area masjid tersebut.

Konon, Ki Buyut Atas Angin adalah orang yang sakti mandraguna. Ia menjadi panglima perang Kerajaan Pajajaran. Ia diutus oleh Pajajaran untuk “menjemput” Pangeran Cakrabuana atau Mbah Kuwu Cirebon kembali ke Pajajaran, karena telah memeluk agama Islam dan mendirikan kerajaan sendiri di Cirebon. Pangeran Cakrabuana sudah mengetahui kedatangan Ki Buyut Atas angin berdasarkan informasi dari prajuritnya. Sehingga ia bisa mengatur siasat untuk menghadapi panglima Pajajaran tersebut. Di antara benda kesaktian Ki Buyut Atas Angin adalah sumur kramat dan comberan. Dua tempat tersebut yang bisa menjadikan ia bisa bertahan dan kebal dari berbagai senjata.

Maka terjadilah pertarungan antara Pangeran Cakrabuana dan Ki Buyut Atas Angin. Ketika mulai terdesak, Ki Buyut Atas Angin berlari menuju sumur keramat. Pangeran Cakrabuana sudah mengetahui gelagat itu, maka sumur tersebut ditutupnya. Ki Buyut Atas Angin makin terdesak, ia pun bersembunyi di parit kecil. Dengan cepat, parit kecil itu ditimbun oleh Pangeran Cakrabuana. Ki Buyut Atas angin tidak bisa berbuat apa-apa. Ia meminta ampun dan memohon dibiarkan hidup.

Pangeran Cakrabuana mau mengampuni tetapi dengan syarat, Ki Buyut Atas Angin harus masuk Islam. Setelah masuk Islam, ia tidak berani kembali ke Pajajaran dan menetap di Cirebon. Ki Buyut Atas Angin diminta mengurus daerah bernama Megu. Di tempat sumur keramat itulah kemudian dibangun masjid. Hingga kini sumur itu masih ada.

Secara arsitektur, bangunan masjid ini di bagian luar dikelilingi tembok setinggi kira-kira dua meter. Pintu gerbangnya sangat rendah. Jika hendak masuk ke area masjid tersebut terpaksa harus membungkukkan badan.

“Filosofi dari pintu ini adalah bentuk kesopanan memasuki rumah ibadah yaitu dengan cara menunduk,” ujar Misqo.

Di halaman masjid terdapat semacam pendopo kecil yang biasa digunakan oleh masyarakat untuk musyawarah dan bertukar pikiran. Di bagian pojok kanan terdapat sumur. Pada awalnya, sumur ini berada di luar masjid. Setelah mengalami perluasan, kini sumur tersebut berada di dalam masjid, tepatnya di bagian teras.

“Masjid Megu ini ramai diziarahi, terutama pada saat ada acara Meguan. Juga banyak yang berjualan mainan tradisional di sekitar masjid,” kata Mahendra, salah satu warga Desa Megu. (Dara/mgng)

Komentar