oleh

Mangga Harumanis dan Gedong Gincu Majalengka Tembus Pasar Singapura

Citrust.id – Buah mangga harumanis dan gedong gincu Majalengka cukup diminati pasar Malaysia dan Singapura serta Medan dan Kalimantan, permintaan keempat daerah tersebut selama ini cukup tinggi, lebih dari 24 ton per hari.

Sedangkan kiriman dari bandar lain dan petani Majalengka serta Indramayu dan Kuningan setiap harinya bisa mencapai sekitar 30 tonan lebih.

Salah seorang bandar mangga terbesar di Kabupaten Majalengka, Warto (52) warga Blok Leuwilenggik, Kelurahan Sindangkasih, Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka mengatakan permintaan buah mangga ke Medan setiap harinya mencapai 12 ton, demikian juga ke Kalimantan. Sedangkan Malaysia dan Singapura masing-masing 1 ton per tiga hari sekali yang kesemuanya kualitas super.

Pasar Medan dan Kalimantan serta ekspor ini menurut Warto sudah berlangsung sekitar 15 tahunan, berawal dari pertemuannya dengan bandar buah-buahan asal keempat wilayah tersebut. Karena pada awalnya pengiriman mangga ke luar Pulau Jawa dilakukan melalui bandar lain di Jawa Tengah.

“Ketika pengiriman mangga dilakukan melalui bandar lain di Jawa Tengah, nampaknya ada kekecewaan dari buyer, hingga akhirnya mereka mencari penyuplai dan suatu saat kami bertemu di Jakarta. Akhirnya mereka datang langsung ke tempat kami,” ungkap Warto, Selasa (27/11/2018).

Sejak itu, menurutnya pengiriman ke Medan dilakukan secara langsung melalui jalur laut dan darat, setiap harinya kini pasokan mangga ke Medan mencapai 12 ton. Kendaraan setiap hari berangkat ke Tanjung Priok mengirimkan barang ke Medan dan Kalimantan.

Sedangkan pengiriman ke Singapura dan Malaysia dilakukan setiap tiga hari sekali masing-masing sebanyak 1 ton melalui jalur udara. Pengiriman terkadang dilakukan melalui Bandara Husen Sastra Negara, Bandung atau terkadang ke Cengkareng.

“Tol laut terasa efektif, pengiriman barang lebih cepat, sehingga tingkat penyusutan relatif kecil,” kata Warto.

Harga mangga untuk pasar luar Jawa dan ekspor ini dibandrol lebih dari Rp10.000, karena jika harga dibawah Rp10.000 per kg pihak penjual akan sangat rugi walaupun harga mangga dari tingkat petani hanya Rp2.000 per kg sekalipun.

“Biaya operasional sudah mencapai Rp6.000 untuk pasar luat ini. Untuk ongkos angkut ke Medan jatuhnya sudah mencapai Rp2.500 per kg, pengepakan Rp1.500, sisanya Rp2.000 menghitung susut. Karena angka penyusutan barang untuk mangga dihitungnya cukup tinggi, jika berat 25 kg untuk setiap peti maka oleh pembeli berat bersih hanya dihitung sekitar 22 kg saja, sebanyak 3 kg dihitung penyusutan, demikian halnya untuk pasar ekspor, bedanya pasar ekspor dikemas dalam dus sedangkan pasar lainnya dkemas dengan peti kayu,” kata Warto yang sudah hampir 35 tahun berjualan mangga, usaha yang dilakukan secara turun temurun dari kakeknya.

Agar mangga miliknya terkesan lebih menarik, Warto berupaya mengemasnya dengan dus untuk pasar ekspor dan peti untuk pasar dalam negeri, selain itu juga dilapisi kartu berlabel “wulan jaya”, label juga ditempel di setiap buah seperti halnya buah import.

“Dulu itu ada yang menyarankan, katanya masa buah-buahan impor ada labelnya sedangkan buah kita tidak, maka sejak itu dibuat label bernama wulan jaya. Wulan adalah akan bungsu saya, itu hanya untuk memudahkan pemberian nama,” kata Warto.

Untuk memenuhi kebutuhan pasar menurutnya barang diperoleh dari petani lokal, atau terkadang diperoleh dari Indramayu dan Kuningan. Hanya ketika musim mangga di Majalengka atau Indramayu habis, barang diambil dari Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Sayangnya untuk musim kali ini, musim mangga hampir serempak baik di Jawa Tumur, Jawa Barat ataupun Jawa Tengah. Tak heran jika hargapun sempat jatuh, dari tingkat petani harga sempat hanya mencapai Rp2.000 per kg. Di saat harga anjlok penjualan ke luar Jawa dan pasar ekspor pun terkadang lemah bahkan bisa rugi karena harga bersaing ketat.

Sisa pasar luar dan ekspor menurut Warto barang dikirim ke Pasar Induk Caringin, Garut, Banjar, dan Tasikmalaya. Untuk supermarket hanya mengisi ke Jogja Toserba di Bandung sebanyak 1 ton per hari.

Untuk mengerjakan seluruh pesanan, mulai metik hingga pengemasan Warto mempekerjakan sekitar 30 orang, yang terkadang di bagi dua sip. Sip pagi mulai pukul 07.00-16.00 pekerjanya hampir sebagian besar perempuan, sedangkan sip malam hingga pagi hari para pekerjanya seluruhnya laki-laki. Jumlah pekerja belum termasuk pemetik mangga dan awak angkutan yang setiap hari mengirim barang ke pelabuhan.

Sementara itu harga mangga di pasar tradisional di Kabupaten Majalengka sempat mencapai Rp7.000 per kg untuk jenis gedong gincu. Sedangkan mangga gajah yang beratnya 1 kg per biji, harumanis hanya mencapai Rp6.000 per kg, cengkir juga demikian.

Namun kini sudah hampir lima hari harga mangga menurut dia sudah mulai naik lagi, gedong gincu di jual seharga Rp10.000 per kg./abduh

Komentar