oleh

Kebutuhan Daun Tembakau Masih Cukup Tinggi

Majalengkatrust.com – Walaupun pabrik rokok di wilayah Betok Tanjungsari, Kabupaten Sumedang telah  terendam banjir, ternyata para bandar-bandar tembakau dari Tanjungsari, Sumedang itu serta Kudus masih kekurangan bahan baku tembakau.

Mereka membutuhkan daun tembakau tidak hanya memprioritaskan pembelian daun ke satu, dua dan tiga kini bahkan daun akhirpun laku dijual dengan harga tinggi termasuk daun yang kering sekalipun bisa dijual ke pabrik besar di Kudus.

Tak heran bila bertani tembakau hingga kini masih sangat diminati para petani di Kabupaten Majalengka, yang banyak menggantungkan hidupnya dari bertani tembakau.

Luas areal tanaman tembakau kini terus meluas, tahun ini berdasarkan data di Dinas Kehutanan Perkebunan dan Peternakan (Dishutbunak)mencapai kurang lebih 1.422 haktare.

Menurut keterangan Sumanta, Bayu dan Muhajin petani tembakau di Desa Babakansari, Kecamatan Bantarujeg dan Desa Cisalak, Kecamatan Lemahsugih di wilayahnya kini ada ribuan hektare perkebunan tembakau, dan itu biasa dilakukan para petani setempat disaat menjelang musik kemarau atau setelah menanam padi musim pertama.

Saat ini di Kecamatan Bantarujeng sedang puncaknya musim panen tembakau yang diperkirakan panen masih akan berlanjut hingga dua bulan kedepan.

“Sekarang ada yang sudah panen kedua ada pula yang panen ketiga,” ujar Sumanta yang mengaku menanam seluas 1 bau (500 bata) dengan jumlah pohon hingga 6.000 pohon, Minggu (21/08).

Dijelaskan Bayu dan Dudu, untuk menggarap lahan seluas 1 bau dibutuhkan biaya untuk mencangkul sebanyak 20 orang dengan upah masing-masing Rp 40.000, serta pupuk sebanyak 2 kw dengan harga Rp 220.000 per kw, setelah itu tinggal menanam dan melakukan pemeliharaan. Dari luas lahan sebanyak itu bisa diperoleh keuntungan sebesar Rp 17.000.000 bila harga sedang tinggi.

Kepala Bidang Perkebunan Dishutbunak Ade Kumaedi mengatakan areal tembakau di Kabupaten Majalengka tahun  ini mencapai 1.422 hektaran dengan estimasi produksi rata-rata 9 ton per ha, areal tanam tahun ini lebih tinggi dibanding tahun 2015 lalu yang hanya 895 hektare.

Areal tersebut tersebar di 5 kecamatan, masing-masing Lemahsugih, Bantarujeg, Malausma, Majalengka dan Kertajati.

Pemasaran tembakau petani Majalengka saat ini masih bergangtung pada cukong-cukong yang datang langsung ke petani. Kondisi tersebut akibat banyak petani yang butuh uang lebioh cepat sehingga mereka tidak memiliki daya tawar lebih baik dengan pihak pembeli.

“Gudang penyimpanan tembakau yang dibuat oleh Pemerintah Kabupaten Majalengka belum berfungsi maksimal, karena banyak petani yang butuh uang segera, sementara untuk menaikan daya tawar diantaranya bisa menunda penjualan disaat harga rendah,” ungkapnya. (Abduh)

Komentar