oleh

Festival Teater Berbahasa Lokal

Oleh Dadang Kusnandar*)

MENGUSUNG tema, “Menyelami Kehidupan, Menghayati Kebudayaan”,  Festival Teater Basa Dermayu yang dipersembahkan bagi siswa SMA/ SMK/ MA Kabupaten Indramayu akan digelar akhir tahun ini.

Festival teater ini merebutkan kelompok teater terbaik, aktor terbaik, aktris terbaik, aktor pembantu terbaik, aktris pembantu terbaik, penata suara/ musik terbaik, penata cahaya terbaik, penata busana terbaik, dan penata rias terbaik.

Pelaksanaan kegiatan ini tanggal 10 – 12 November 2017 di Gedung Kesenian Mama Sugra, Jalan Veteran (Bantaran Kali Cimanuk) Indramayu.

Lima naskah drama karya Supali Kasim: Srengenge Surup ning Bengawan Cimanuk, Saida-Saeni Anak Punk, Kembang-kembang Para Pejuang, Wulan Kotak ning Godong Blarak, Durung Mati Sukmane Wis Nglayung-layung  ~diperlombakan.

Menurut kabar by phone dari sahabat di Indramayu, beberapa sekolah ada yang hendak mengikuti kegiatan tersebut dengan mengirim lebih dari satu grup teater sekolah.

Kabar itu tentu saja menggembirakan karena menyangkut kegemaran siswa SLTA untuk mengekspresikan karya seni sastra di panggung. Bukan hanya untuk ditonton melainkan juga untuk dilombakan.

Entah seperti apa persiapan para peserta. Namun kenyataan ini menampakkan tumbuh dan berkembangnya spirit sastra daerah. Terlebih penggunaan bahasa daerah di daerahnya sendiri merupakan nilai tambah.

Sudah menjadi rahasia umum, kalangan muda bagai mengidap rasa enggan menggunakan bahasa ibu tatkala berkomunikasi dengan sesamanya. Akan tetapi festival ini sepertinya membalikkan image menyoal penggunaan bahasa daerah.

Dapat kita baca pada lima naskah drama yang dilombakan. Ada yang membicarakan sejarah (Srengenge Surup ning Bengawan Cimanuk) , pun ada kisah/ babad alias folkore yang ditulis dengan pendekatan anak muda (Saida-Saeni Anak Punk). Tiga naskah lain  bertutur cukup sarat tentang filosofi kehidupan.

Praksisnya kelima naskah tercantum di atas mengambil seting peristiwa di Indramayu. Dalam kaitan ini kekuatan Supali Kasim sebagai budayawan Indramayu layak diapresiasi.

Bahkan menurut Saptaguna (penulis aktif asal Indramayu)cukup banyak khasanah budaya Indramayu telah ditulis sejumlah akademisi.

Tesis dan desertasi menyoal budaya Indramayu, setelah ia berselancar di dunia maya, juga tulisan detil menyangkut dialek bahasa Indramayu ~ia dapatkan.

Terhubung dengan festival teater tingkat SLTA, budaya Indramayu menarik untuk dipelajari.

Di sisi lain ada yang hendak diperkenalkan lebih dalam lagi di samping buah mangga, Suku Dayak Bumi Segandu, atau kekayaan energi sumber daya mineral dan gas .

Pada dasarnya festival teater itu adalah perbincangan tentang Indramayu secara luas. Budaya yang bertaut dengan persoalan ekonomi, politik, sosial, agama, bahkan kehidupan sehari-hari masyarakatnya.

Teater yang dipentaskan adalah keberanian sejumlah pegiat kesenian mengelaborasi nilai dan kesejatian yang termaktub di dalam naskah.

Dengan demikian mempelajari/ membaca naskah sebelum pentas menjadi soal penting dan harus dilakukan. Membaca naskah sama dengan menghafal dan mempelajari karakter pelaku drama. Ini harus dilakukan oleh semua pemain.

Melihat keberanian Indramayu menyelenggarakan festival teater berbahasa daerah, sungguh sebagai warga Cirebon saya cemburu.

Ingin rasanya festival serupa menggunakan bahasa Cirebon terselenggara. Syukur jika dalam waktu dekat.

Para peserta dari kalangan pelajar yang mengikuti festival ini tentu saja patut diberi reward dengan lima bintang. Luar biasa! Ananda merupakan pewaris budaya yang akan menghadapi tantangan budaya lebih besar dibanding kami, para orang tua.

Catatan yang tak boleh terlupakan:  Semoga festival teater basa Dermayu ini memberi nuansa baru tentang berbagai hal, terutama bagi para peserta  ~generasi muda yang akan mengemban dan terbebani segregasi budaya melebihi beban budaya yang dialami sang penulis 5 (lima) naskah drama/ teater tersebut.***

*)penulis lepas, tinggal di Cirebon

Komentar