oleh

Di Dalam Angkot D2

Catatan Pendek DADANG KUSNANDAR*

HUJAN baru saja reda. Teringat handuk yang dijemur di halaman rumah, saya memutuskan pulang. Padahal tempat yang saya tinggalkan itu menyenangkan. Bebas bercanda dengan penghuninya.

Sore itu awal Januari 2018. Cirebon diguyur hujan cukup deras.
Tak lama menunggu di Penyuken, angkot D2 saya hentikan. Tujuh penumpang di bagian belakang mobil semuanya pelajar berseragam pramuka. Tiga laki-laki dan empat perempuan. Di samping sopir ada seorang laki-laki dewasa berbadan tambun.

Saya masuk ke bagian belakang angkot. Dua pelajar perempuan asik dengan handphonenya, seorang dari mereka menyambungkan ponselnya ke power bank. Pelajar lelaki asik ngobrol tentang harga kuota pulsa berbagai merek. Mereka pun bicara mengenai wifi sebuah toko di Jalan Kesambi yang sudah dijebol passwordnya.

Di pertigaan Jalan Kalitanjung-Jalan Jendral Sudirman, penumpang di sebelah sopir dan seorang pelajar laki-laki turun. Angkot D2 pun melaju. Jalan cukup lengang, hingga perempatan By-Pass tidak macet. Mungkin lantaran hujan yang mengguyur Cirebon beberapa puluh sebelumnya. Sedikit motor yang melintas di jalan yang biasanya padat itu.

Memasuki depan TPU Jabang Bayi, dua penumpang naik. Seorang ibu dan bapak. Si bapak duduk tepat di pintu masuk. Saya mempersilakannya duduk di samping, namun ia menolak.
Tak disangka, pelajar perempuan di sebelah saya (yang asik memainkan hp sepanjang perjalanan dan menggunakan power bank), menjulurkan kakinya. Sepatu hitamnya sengaja menegur teman di depannya yang tidak menggeserkan pantatnya. “Geser”, katanya.

Melihat pemandangan itu seketika saya berkata kepadanya, “Pakai kaki?”. Tiga pelajar lelaki yang masih asik membicarakan paket kuota pulsa semuanya menoleh ke arah perempuan yang menjulurkan kakinya.

Rona merah tampak di wajah pelajar perempuan itu. Tapi ia tidak minta maaf kepada temannya.

Pembaca budiman, tidak semua pelajar Indonesia bersikap demikian. Masih banyak yang memegang etika sesuai yang diajarkan guru di sekolah. Uraian pendek di dalam Angkot D2 Cirebon hanya bagian kecil dari kelakuan pelajar yang menurutnya tidak bersalah menegur temannya menggunakan kaki. []

*Penulis lepas, tinggal di Cirebon.

Komentar