oleh

Budayawan: Seni Tradisi Jangan hanya Berbicara Kejayaan Masa Lampau!

Majalengkatrust.com – Seni tradisi pada masa kini hanya sekedar menjadi kebanggaan, ramai diceritakan dengan kekaguman bahwa pada masa lalu pernah tumbuh sejenis seni tradisi yang memilki keunggulan dan lain sebagainya.

Tapi kalau ditanya bagaimana caranya agar senimannya tidak membunuh seninya sendiri, Jawabannya adalah kematian seninya itu sendiri.

Hal tetrsebut diungkapkan budayawan Rachmat Iskandar, saat menjadi pembicara dalam saresehan Gaok Majalengka yang diselenggarakan Dinas Budaya dan Pariwisata Kabupaten Majalengka, di ruang seni gedung Bina Asih, Majalengka, Senin (22/05). Hadir pada acara tersebut masyarakat sadar wisata atau kelompok madarista, seniman, budayawan Majalengka dan Asosiasi Pelaku Pariwisata Indonesia.

Menurut Rachmat Iskandar, Gaok adalah seni yang pada masa jayanya pun hanyalah kesenian pengabdian senimannya pada seni tersebut. Tidak seperti halnya seni kiliningan, wayang golek ataupun sandiwara yang dimasa jayanya bisa membuat senimannya kaya raya. Gaok dipanggungkan hanya pada upacara saji cukuran bayi, pesta panen atau ngaruat jagat.

“Wayang, sandiwara atau tayuban saja yang dulu bisa menghasilkan uang dan dibanjiri ribuan penonton, kini hampir punah. Apalagi gaok yang sepi penonton. Kini hanya kebanggaan saja. Munculnya hanya pada saat seminar, saresehan atau kalau pemdanya peduli diundang pentas di panggung pesta hari jadi. Itupun jarang terjadi,” ungkap Rais, sapaan akrab Rachmat Iskandar.

Sementara itu Kepala Disbudpar Majalengka, Gatot Sulaeman, berharap agar seni tradisi jangan hanya dilestarikan seperti yang selama ini dilakukan, namun seni justru harus diberi kehidupan. Senimannya harus hidup, karena kalau senimannya tak bisa hidup, maka seninya pun ikut mati.

Gatot telah merencanakan permintaan kepada Bupati Majalengka, agar para seniman diizinkan untuk manggung di gazebo alun-alun Majalengka. Tentu hal ini harus dimanfaatkan para seniman untuk meningkatkan kreatifitas seninya.

Menanggapi usulan dari para peserta agar Gaok atau kesenian lainnya dilombakan di sekolah-sekolah, di bawah binaan Pemda Majalengka, baik Gatot maupun Rachmat memberikan jawaban yang sama, bahwa seni tak mungkin dimasukan pada kurikulum karena terlampau membebani murid. Tapi ada baiknya kalau dalam kegiatan ektrakurikuler, Gaok termasuk seni yang dilombakan. Pemilihannya diserahkan kepada aktivis seni, tentang seni mana yang harus dilombakan di sekolah.

“Guru seni di SMP bisa kita ajak untuk melakukan workshop tentang berbagai cabang seni yang mungkin bisa dimasukkan dalam kegiatan ekstra, yang bersifat manasuka. Jadi tidak semua murid mengikuti, tapi pada mereka yang minat saja,” ungkap Rachmat.

Selain itu, menurut Gatot, untuk tetap menumbuhkan dan menghidupkan para senimannya, diharapkan rumah makan yang telah maju dan dikenal, bisa menyediakan ruang- ruang sederhana untuk kreatifitas para seniman Majalengka. (Abduh)

Komentar