oleh

‘350 Global’ Dampingi RAPEL Tolak PLTU Cirebon

KUNINGAN (CT) – Rakyat Penyelamat Lingkungan (RAPEL) meminta kepada Organisasi 350, agar membuat sejarah dalam pergerakan penolakan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara di Indonesia. Hal tersebut bisa dilakukan dengan menutup PLTU yang sudah beroperasi dan menolak pembangunan PLTU II, khususnya di Cirebon. Pasalnya, selama ini tidak ada organisasi lingkungan manapun yang bisa menutup PLTU di Indonesia, khususnya di Cirebon.

“Saya berharap kepada 350 melakukan langkah-langkah nyata dalam penolakan PLTU batu bara, dan membuat sejarah di Indonesia, khususnya di Cirebon, sebagai organisasi lingkungan yang menutup PLTU dan menolak pembangunan PLTU untuk yang pertama kalinya,” harap Direktur Eksekutif RAPEL, Moh. Aan Anwaruddin, saat ditemui dalam acara Pelatihan Masyarakat Anti Batu Bara tingkat nasional, di Villa Anugerah, Linggarjati, Kabupaten Cirebon, Kamis (11/02).

Sementara itu, Will Bates dari 350 Internasional menanggapi hal itu dengan nada percaya diri. Ia mengaku siap berjuang melakukan pendampingan terhadap masyarakat Cirebon, dalam menolak dan menutup PLTU Cirebon.

“Saya kembalikan ke masyarakatnya. Karena teman-teman di sinilah yang menjadi tolak ukur keberhasilan kita,” ujar Will Bates, salah satu tokoh pendiri 350 Global.

Sebelumnya, berdasarkan hasil penelitian dan pemetaan siklus iklim Indonesia yang dilakukan oleh Greenpeace, bekerjasama dengan Harvard University, didapat data ribuan orang di Indonesia meninggal dunia setiap tahun, diduga akibat terpapar polutan PM 2,5 batu bara Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).

“Batu bara yang dibakar PLTU memancarkan sejumlah polutan, seperti NOx dan SO3, yang merupakan kontributor utama dalam pembentukan hujan asam dan polusi PM 2,5 (partikulat debu melayang). Itu angka paling tinggi se-Asia Tenggara,” papar Didit dari Greenpeace Indonesia. (Riky Sonia)

Komentar