oleh

25 Tahun Sekar Pandan

Oleh Dadang Kusnandar

Cirebon banyak dihuni sanggar kesenian tradisi. Sudah menjadi rahasia umum, keberadaan sanggar dapat hidup apabila ditopang oleh kreativitas dan kesungguhan niat para aktivisnya.

Faktor lain yang tak kalah penting adalah dana (yang besarannya relatif). Tidak dapat disangkal banyak sanggar seni tradisi mati atau mati suri karena lemahnya pendanaan.

Juga tak dapat disangkal ada sanggar seni yang gampang memperoleh dana namun tidak pernah sekali pun mementaskan karyanya.

Problem krusial inilah yang akhirnya menjadi kendala besar bagi tumbuh dan berkembangnya kesenian tradisi di Cirebon khususnya.
Peliknya problem ini pun menyulut kecemberuan seniman serius terutama kepada mereka yang hanya mencari penghidupan atas nama kesenian.

Sementara di sisi lain banyak seniman tradisi tergerus ketidakmampuan menggelar pentas lantaran keterbatasan dana. Akibatnya ketika harus pentas, untuk menyewa kostum saja kelimpungan.

Belum lagi untuk perangkat suara dan lampu. Lebih jauh menyoal pembayaran/ upah kepada para pemain kesenian tradisi.
Salah satu sanggar seni tradisi yang tetap bertahan (dengan segala problematikanya) adalah Sekar Pandan.

Berlokasi di Keraton Kacirebonan, Minggu 7 Mei 2017 yang baru lalu memperingati hari lahirnya yang ke-25. Dengan kondisi yang (maaf) masih ala kadarnya Sekar Pandan di bawah asuhan Elang Heri Komarahadi~biasa dipanggil Bang Heri~ tetap eksis dan telah menghasilkan banyak pegiat seni.

Alumni Sekar Pandan kemudian menyebar lantas mendirikan sanggar tari di tempat lain, atau mengajar tari tradisi Cirebon di sekolah-sekolah.

Puncak acara HUT Sanggar Seni Tradisi Sekar Pandan malam itu mementaskan Tari Kendi, partisipasi dari Sanggar Klapa Jajar pimpinan Elang Mamat Nurohmat (Keraton Kanoman) dan Wayang Wong berjudul Lahirnya Gatot Gaca karya Sekar Pandan.

Kesederhanaan acara tampak terlihat misalnya dengan hanya menyediakan tikar plastik yang digelar di halaman luar Keraton Kacirebonan yang berbatasan langsung dengan Jalan Pulasaren. Penonton lesehan sambil bercengkerama dengan siapa saja yang dikenalnya.

Tampak di antara penonton adalah Pangeran Patih Qodiran dari Keraton Kanoman, teman-teman Teater Awal, pengobeng seni Abah Dino Sahrudin, pelukis Ipon Bae, pesilat Bambang Prawoto, pencinta kesenian yang sudah gaek (Sabar), dan terutama para orang tua dan keluarga yang mengantar anaknya pentas pada malam itu.

Pada kesempatan itu Sultan Abdul Gani Natadiningrat, SE menyampaikan sambutannya dengan menekankan pada pentingnya menjaga seni tradisi Cirebon agar tetap hidup di tengah desakan budaya global. Ia pun mengapresiasi kesungguhan Bang Heri mengasuh Sekar Pandan.***

Komentar