oleh

Mengupas Makna Jimat Kalimasada

Majalengkatrust.com – Bertempat di alun-alun Majalengka puluhan tokoh seniman, budayawan, praktisi, dan komunitas mengikuti Pengajian Budaya yang bertemakan Mesek Makna Jimat Kalimasada (Mengupas Makna Jimat Kalimasada).

Ki dalang Momon Sukirman (wayang ajen/wayang golek)menuturkan Jimat layang jamus kalimasada merupakan pondasi (dasar) yang menjadi pijakan setiap manusia. Makna dari Jimat kalimasada adalah Tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah (Kalimat Syahadat). Jika dasar ini diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan maka kita akan selamat dunia akhirat.

“Jimat kalimasada ini bukan hanya menjadi pegangan saja tetapi juga harus diamalkan. Tidak hanya individu saja mengamalkannya tapi Negara juga harus mengamalkan jimat kalimasada ini supaya tercipta Negara yang makmur, bagja raharja,”kata dia, Minggu (19/02).

Budayawan yang juga praktisi pendidikan Rahmat Iskandar menerangkan kata Jimat kalimsada ada dalam cerita Bratayuda. Pada saat Sunan Bonang dan Sunan Kalijaga ketika menyebarkan islam di tanah jawa menyampaikan syiar islam melalui media wayang beber.

“Melalui media wayang beber tersebut dimasukan ajaran islam yang salah satunya kata Jimat kalimasada. Dengan cara itu banyak masyarakat yang masuk agama Islam setelah mengetahui lebih dalam makna Jimat Kalimsada,” ungkap dia.

Ustd Agung WisnuWardhana menyampaikan selepas Demak berdiri sebagai kesultanan Islam, Sunan Kalijaga membuat lakon-lakon wayang yang tak ada dalam kitab Mahabarata. Sunan Kali Jaga melakukan ini untuk memasukkan unsur Islam dalam budaya sebagai cara untuk berdakwah. Salah satu lakon penting adalah tentang Jimat Kalimasada atau di Sunda sering di sebut Layang Jamus Kalimasada, dan kalo di Jawa sering disebut Serat Jamus Kalimosodo.

“Kalimasada adalah berasal dari Kalimat Syahadat ( Aku bersaksi bahwa tiada Ilah kecuali hanya Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah). Jimat Kalimasada ini apabila “diagem” (dipake / diyakini /diimani) kemudian diimplementasikan aturan yang terpancar darinya. Maka akan menjadikan diri, komunitas, masyarakat dan negara menjadi hebat dan kuat. Bila dilaksanakan untuk menata masyarakat dan negara maka akan menjadikannya gemah ripah loh jinawi, tata tentrem, kerta raharja, baldatun thoyyibatun waroffun ghofur,” tutur dia.

Acara Pengajian budaya ini dipandu oleh Vedi Sumantri (Seniman Kota Majalengka), di isi dengan penampilan music acoustik oleh Iman Sabumi (Seniman), Pementasan wayang golek oleh Ki dalang Momon Sukirman, Sajak oleh Gan Oom Somara De Uci (Budayawan), pemaparan materi oleh Rahmat Iskandar (Budayawan/Praktisi), Agung Wisnuwardhana (aktivis Hizbut Tahrir Indonesia), dan diskusi. (Abduh)

Komentar