oleh

KH. Anas bin KH. Abdul Jamil dan Tijaniyah Indonesia

Oleh Suteja ibnu Pakar

KYAI Anas merupakan putra tokoh penting dalam genealogi kepesantrenan yang otoritas kepemimpinannya dipegang mutlak seorang kyai-ulama. Dengan predikat santri keliling, Kyai Anas menempuh jenjang pendidikan kepesantrenannya setelah terlebih dahulu dibekali dasar agama yang cukup oleh ayahnya sendiri, KH. Abdul Jamil. Pendidikan pesantrennya dimulai di Pesantren Sukanasari Plered Cirebon di bawah pimpinan Kyai Nasuha selama empat tahun. Kemudian beliau pindah ke pesantren Tegal di bawah asuhan Kyai Sa’id. Setelah itu, beliau pindah ke Pesantren Tebuireng di Jombang Jawa Timur di bawah asuhan KH. Hasyim Asy’ari, tokoh kharismtik pendiri Nahdlatul Ulama (NU).

KH. Anas mendapat Ijazah Langsung dari Syekh Ali Thoyib al-Madani
Pengenalan Kyai Anas terhadap Tarikat Tijaniyah, dilakukannya pada saat beliau menunaikan ibadah haji ke Makkah pada tahun 1924. Kepergiannya ini menuruti anjuran kakaknya, Kyai Abbas yang terlebih dahulu berjumpa dengan Syaikh Ali tetapi beliau tidak mengambil bai’at Tarikat Tijaniyah tersebut meskipun beliau sudah menyenangi tarikat ini. Hal ini disebabkan tanggung jawab beliau sebagai mursyid Tarikat Syathariyah di pesantrennya.

Kyai Anas bermukim kurang lebih tiga tahun di Makkah dan mempelajari dengan seksama kitab-kita pegangan Tarikat Tajaniyah seperti Jawahir al-Ma’ani, Rimah, Bughyat al-Mustafid langsung dari Syaikh Alfa Hasyim. Bai’at tarikatpun dilakukan Kyai Anas kepada Syaikh Alfa Hasyim, selain kemudian mengambil bai’at lagi dari Syaikh Ali al-Thayyib.

Untuk menyebarluaskan Tarikat Tijaniyah, Kyai Anas melakukan bai’at terhadap Kyai Hawi, Kyai Muhammad (Brebes), Kyai Bakri (Kasepuhan, Cirebon), Kyai Muhammad Rais (Cirebon), Kyai Murtadha (Buntet), Kyai Abdul Khoir, dan Kyai Shaleh (Pasawahan) menjadi muqaddam. Selanjutnya melalui Kyai Hawi, elaborasi tarikat ini semakin menampakkan kemajuan.

Selain mengulangi bai’at yang dilakukan oleh Kyai Anas terhadap muqaddam-muqaddam baru tersebut, Kyai Abbas membai’at juga Kyai Hawi dan Kyai Shaleh, kemudian Kyai Badruzzaman (Garut) dan Kyai Ustman Dhamiri (Cimahi, Bandung). Setelah itu, Kyai Abbas dan Kyai Anas mengulangi bai’at kepada Syaikh Ali saat beliau berkunjung ke Bogor pada tahun 1937. Dalam Tarikat Tijaniyah dikenal istilah muqaddam min muqaddam. Artinya, seorang ikhwan Tijaniyah bisa melakukan bai’at lebih dari sekali kelapada muqaddam lainnya dengan alasan ketakwaan, senioritas usia, ataupun disiplin ilmu yang dimiliki muqaddam senior tersebut.
Berdasarkan pendapat di atas, diketahui bahwa Kyai Anas melakukan baiat tarikatnya dua kali yaitu dari Syaikh Alfa Hasyim di Madinah dan dari Syaikh Ali al-Thayyib, murid dari Syaikh Alfa Hasyim ketika beliau datang ke Indonesia tahun 1937. []

Komentar