oleh

AS vs China

Catatan DADANG KUSNANDAR*

BELUM sehari seorang sahabat berkirim pesan whatsapp (Wa). Ia hanya copy paste. Isinya tentang Perang Dagang Terbuka Amerika Serikat (AS) terhadap China. Isi pesan tersebut seperti kutipan di bawah ini.

Juru Bicara Gedung Putih Raj Shah menegaskan Donald Trump mengumumkan langkah-langkah AS sebagai tahap pertama dalam Perang Dagang Terbuka AS terhadap China. Jika anda memiliki saham perusahaan China atau berbasis di China, segera lepas. Jual secepatnya. Semua index saham China mulai ambrol. Indeks Han Seng, Shanghai, Shengzhen dll berguguran dari kemarin.

Sanksi Dagang AS kepada China ditindaklanjuti dengan pengerahan militer AS di kawasan Laut Cina Selatan untuk mengantisipasi kemungkinan China membalas sanksi dagang AS dengan melakukan invasi militer ke Taiwan.

Tidak sampai di situ teman yang lain menimpali dengan copas pula. Katanya mayoritas rakyat Indonesia tidak tahu fakta melemahnya kondisi ekonomi negerinya sendiri karena tenggelam dan teralihkan hiruk pikuk iu politik dan korupsi.

Semakin pesan Wa ini dibaca semakin jelas ketidaksukaan terhadap kebangkitan ekonomi China. Sementara gurita bisnis China di Indonesia terus tercantap dan menimbulkan banyak berita tak sedap. Konon tindakan Trump mengenai Perang Dagang AS vs China ini akan dilanjutkan dengan tindakan tegas (sanksi ekonomi) kepada sekutu dagang China dalam kecurangan dan kejahatan perdagangan, termasuk Indonesia.

Berikutnya ada lagi pesan Wa seperti ini. Presiden AS Donal Trump mengatakan, “Selama hidup saya berurusan bisnis dengan China, tidak pernah ditemukan ‘fairness’ dari mereka”. Juga ada keterangan Trump bukan Clinton atau Obama yang bersedia jadi budak China, menjerumuskan AS dan dunia dalam penguasaan hegemoni ekonomi China yang penuh kecurangan dan kejahatan.

Praktik curang China telah memporakporandakan ekonomi AS, menghancurkan lapangan kerja di AS, merampas kesejahteraan rakyat dan negara AS.

Menyikapi secara cermat pesan-pesan yang tersebar melalui Wa di atas, tentu saja sulit dipercaya bila Senior Analis dan Pertahanan AS (anonim) menyatakan bahwa Bill Clinton dan Barack Obama sebagai budak China. Terlebih lagi pernyataan disebar melalui lini masa.

Saya teringat lintasan sejarah ketika Jepang mengalahkan Rusia pada Perang Asia Timur Raya tahun 1939. Ketika itu negara-negara di Asia bersorak dan kagum kepada Jepang sebagai penanda Kebangkitan Asia. Konon beberapa founding father Indonesia pun menyambut kemenangan Jepang ini. Lalu Jepang makin leluasa menanamkan pengaruh dan kekuatannya di Asia hingga peristiwa Pearl Harbour yang gegap gempita itu. Dan seterusnya pembaca paham kiblat politik ekonomi Jepang paska Perang Dunia beralih ke AS dan Barat.

Saya juga teringat keterbukaan dan kebangkitan ekonomi China pada 1988 menarik simpati negara-negara kapitalis, terutama AS. Namun manakala kebangkitan ekonomi China membahayakan kepentingan ekonomi AS, maka China kembali disudutkan/ disalahkan, bahkan diperangi.

Pertanyaannya adalah, manakah negara jahat yang telah menyedot habis SDA Indonesia? AS atau China?

Tulisan pendek ini tidak bertujuan pro China dan anti AS, melainkan berangkat dari kehati-hatian kita menyebarluaskan berita dengan basis fakta yang belum valid. Soal pemerintah Indonesia saat ini getol berbisnis dengan China, bukankah lebih getol (dan dimanipulasi) oleh AS. Maka biarlah itu jadi urusan pemerintah yang pasti telah memperhitungkan segala aspek dan implikasinya berbisnis dengan negara mana pun, termasuk dengan China. []

Komentar