oleh

3 Hal yang Harus Diwaspadai dari Sosok TB Hasanudin

Citrust.id, Nama Tubagus Hasanudin atau biasa disingkat TB Hasanudin, banyak dibicarakan di media setelah ia mendapat rekomendasi dari PDI Perjuangan untuk maju dalam Pilkada Jawa Barat, berpasangan dengan Anton Charliyan.
Kejutan yang ditunjukan PDIP tersebut tak ayal membuat masyarakat kemudian penasaran terhadap sosok TB Hasanudin, yang berlatarbelakang militer dan juga memiliki karir politik sebagai Wakil Ketua Komisi I DPR bidang Pertahanan, Intelejen, Luar Negeri & Komunikasi.

Diketahui Partai berlambang banteng moncong putih ini batal mencalonkan Ridwan Kamil-Anton Charliyan sebagai calon Gubernur-Wakil Gubernur Jawa Barat. PDIP akhirnya mengusung Mayor Jenderal (Purnawirawan) Tubagus Hasanuddin dan Inspektur Jenderal Anton Charliyan sebagai calon gubernur dan wakil gubernur.

Bagi sebagian orang yang tak mengenal sosok TB Hasanudin, barangkali akan mempertanyakan keputusan Megawati Soekarno Putri memilih TB Hasanudin untuk maju dalam kontestasi Politik di Jabar. Namun, bagi yang mengenalnya, keputusan PDI P mengusung sosok TB Hasanudin justru merupakan strategi jitu, untuk meraih kepercayaan pemilih di Jawa Barat yang memiliki karakter kultural sekaligus terbuka dengan gagasan modern.

Berpengalaman dan Tegas
Latar belakang sebagai militer barangkali sedikit banyak turut mencetak karakter TB Hasanudin yang tegas dan komitmen terhadap apa yang ia anggap benar. Berkat karakternya yang kuat, Tb Hasanudin banyak mendapat kepercayaan masyarakat maupun atasannya, sehingga karir di militer maupun di politik sangat baik.
Dalam karir militernya, alumni AKABRI 1974 ini pernah menjabat berbagai posisi penting di militer, yakni:
– Batalyon Kodam Siliwangi (1975-1983)
– Instruktur AKABRI Magelang (1983-1985)
– Kodam I Aceh (1985-1989)
– Dosen SESKOAD Bandung (1989-1992)
– Komandan Sektor Pasukan Perdamaian PBB di Irak (1992-1993)
– Bertugas di Kostrad (1993-1994)
– Bertugas di Kodam Jaya (1994-1996)
– Ajudan Wapres Try Sutrisno (1996)
– Ajudan Presiden B.J. Habibie (1998-1999)
– Kastaf Garnisun Jakarta (1999-2001)
– Sekretaris Militer Presiden Megawati Soekarnoputri (2001-2004)
– Sekretaris Militer Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2004-2005)
– Staf Mabes TNI AD (2005-2009)

Sedangkan dalam politik, pria yang juga akrab disapa Kang Tebe ini pernah menjadi Wakil Ketua Komisi I DPR RI (2009-2014), Anggota Komisi I DPR RI (2014-sekarang), Ketua Departemen Politik DPP PDI Perjuangan, Plh. Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Barat, dan Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Barat (2012-sekarang).
Seabrek pengalamannya tersebut, akhirnya membuat ia dilirik Ketua Umum Megawati Soekarno Putri untuk menjadi Calon Gubernur Jawa Barat, berpasangan dengan Anton Charlyan yang merupakan mantan Kapolda Jawa Barat.

Kritis dan Progresif
Pria bernama lengkap Tubagus Hasanuddin dan lahir di Majalengka pada 8 September 1952 ini dikenal sebagai sosok Kontroversial dan Teguh.
Saat menjadi anggota DPR dari PDI Perjuangan, TB Hasanuddin terkenal sebagai sosok kritis dan blakblakan dalam banyak hal. Setiap kali tampil di depan publik, ia hampir selalu mengeluarkan pernyataan yang mengundang pro dan kontra.
Dirinya bahkan tak segan mempertanyakan kinerja TNI, jika dalam pandangannya ada yang tak sesuai. Seperti dalam kasus saat dirinya memantau isu pertahanan negara, yakni rencana pembelian Main Battle Tank dari Belanda dan pesawat tanpa awak dari Israel.

Sifat kritis dan tegas ini lah yang melekat pada sosok alumni pasca Sarjana Universitas Pasundan tahun 2006 ini. Sehingga tidak heran ia juga adalah sosok yang kerap menimbulkan pro-kontra.
Seiring pencalonan dirinya maju dalam kontestasi Pilkada Jawa Barat 2018, TB Hasanuddin atau yang akrab disapa Kang Hasan, berpasangan dengan Anton Charliyan yang pernah menjabat Kapolda Jabar juga tak luput dari serangan kampanye hitam. Diketahui, melalui Tagline “HASANAH” pasangan Kang Hasan-kang Anton mendapat nomor urut 2 pada Pilgub Jabar.
Karena pencalonannya itulah, TB Hasanuddin kemudian dituduh sebagai antek Partai Komunis Indonesia (PKI) oleh orang yang tidak bertanggung jawab.
Merespons tuduhan tersebut, TB Hasanuddin membantahnya dengan santai namun meyakinkan. Dengan nada kelakar, ia mengatakan bahwa hal itu adalah tuduhan yang tak mendasar. Bahkan yang mendengarnya pun justru akan tertawa ketimbang percaya. Karena semua orang tahu bahwa dirinya pernah bekerja di bidang keamanan negara yang tujuannya melindungi bangsa.

Putra Daerah yang Berprestasi TB Hasanuddin adalah Putra Majalengka yang berhasil berkiprah hingga ke Ring Satu Istana. Ia yang akrab disapa TB Hasanuddin merupakan mantan perwira tinggi TNI AD. Pangkat terakhirnya adalah mayor jenderal. Setelah menjadi purnawirawan, ia lebih dikenal sebagai anggota DPR RI Komisi I. Saat menjadi anggota DPR RI lah, karir politiknya melejit dengan berbagai prestasi.
Memiliki nama depan Tubagus, membuat banyak orang menyangka anak kelima dari sembilan bersaudara pasangan Sutisna dengan Juansih itu berasal dari Banten. Padahal, TB adalah putra Majalengka, kelahiran 8 September 1952.
Sejak kecil, Ia dididik untuk disiplin dan bekerja keras. Suami dari Eka Eviolina itu diwajibkan ayahnya untuk menyambit rumput dan menggembala domba setiap hari sepulang sekolah. Sikap ini lah yang membentuk Hasanuddin menjadi karakter yang enerjik dan pintar. Tak mengherankan jika semasa sekolahnya, ia dikenal sebagai murid yang cerdas.
Sedikit yang tahu bahwa di balik kesuksesannya di bidang Militer dan Politik, TB Hasanuddin pernah memiliki impian yang tak kesampaian.
Sebenarnya, keinginan Hasanuddin setelah lulus SMA adalah melanjutkan studi kedokteran. Cita-cita menjadi dokter sudah ia idamkan sejak lama. Dalam benaknya, seorang dokter adalah profesi yang membanggakan sekaligus mulia karena dapat membantu orang lain.
Akan tetapi, karena TB Hasanuddin saat muda memiliki badan yang bongsor, kakak ipar Hasanuddin menyarankan masuk tentara.
Hasanuddin pun akhirnya masuk Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Akabri) Magelang 1975. Dia ditempatkan di Batalyon di KODAM Siliwangi Jawa Barat. Ia juga tercatat pernah menjadi instruktur dan pengajar militer.
Pendidikan militer lain yang pernah ia tempuh antara lain Susarcab, Dikpa, Suslapa, Seskoad di Bandung, Sesko di Prancis, dan Lemhanas pada 2001.
Selama berkarier di militer, Hasanuddin pernah masuk lingkaran istana dengan menjadi ajudan satu wakil presiden, dan empat presiden. Pada 1995, Hasanuddin menjadi ajudan Wakil Presiden RI, Try Sutrisno. Setelah itu, ia menjadi ajudan Presiden Indonesia ke-3, BJ Habibie.
Jabatan itu kemudian berlanjut hingga era pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid (Gusdur) dan Wakil Presiden Megawati Soekarnoputri. Baru ketika Megawati terpilih sebagai presiden RI, Hasanuddin kemudian diangkat menjadi Sekretaris Militer. Jabatan itu diembannya sampai tahun pertama pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. []

Komentar